Sebuah perjalanan hipnotis menuju isolasi, keterasingan, dan beban waktu.
🕊️ “Marathon” menangkap kepedihan kelelahan emosional dan keterasingan.
💭 Tema utama: Terperangkap dalam waktu, berjuang dengan jarak.
🎤 Lirik pembuka:
“They say time heals all, but time’s not mine at all.”
😞 “Marathon” berkembang seperti pusaran lambat menuju isolasi.
🎶 Chorus:
“I found isolation through desperation.”
💭 Sebuah suara yang tersesat dalam kehampaan, merindukan koneksi tetapi memilih keterasingan.
🔥 BLEED dengan ahli memadukan shoegaze, alt-rock, dan post-hardcore dalam satu lanskap suara yang imersif.
🎸 Tekstur gitar – kabur, dipenuhi reverb, dan menghipnotis.
🥁 Drum – stabil namun jauh, seperti detak jantung yang perlahan memudar.
🎤 Vokal – etereal, hampir seperti bisikan hantu, tenggelam dalam lapisan suara.
🎥 “Marathon” bukan sekadar lagu—ia meninggalkan jejak.
🏞️ Lanskap suara yang mencerminkan keterasingan dan beban emosional.
🎨 Musik yang terasa seperti menggantung dalam waktu, berulang tanpa akhir.
📹 Lagu yang menggema bagi siapa pun yang pernah merasa tersesat dalam pikirannya sendiri.
💭 Apakah ini semakin mengukuhkan BLEED sebagai salah satu suara terkuat dalam shoegaze modern? Bagikan pendapatmu di komentar! ⬇️
Bleed – “Marathon”: Sebuah Perjalanan Hipnotik Menuju Isolasi
Single terbaru BLEED, “Marathon”, adalah eksplorasi atmosferik tentang waktu, refleksi diri, dan keterasingan emosional. Dengan nuansa shoegaze yang berat dan lanskap sonik yang dilapisi reverb, lagu ini menunjukkan kemampuan khas BLEED dalam menciptakan suasana yang imersif sekaligus intim. “Marathon” terasa seperti berasal dari era lain—akrab namun segar, bernostalgia namun tetap relevan.
“Marathon” menghadirkan refleksi mentah tentang waktu, penyembuhan, dan pergulatan batin melalui lirik yang minimalis namun sarat emosi. Baris yang berulang:
“They say time heals all, but time’s not mine at all”
menantang gagasan bahwa waktu dapat menyembuhkan luka emosional. Bukannya menemukan resolusi, liriknya justru berkutat dalam ketidakpastian, memperkuat perasaan keterasingan dan frustrasi.
Lagu ini menangkap ketegangan antara proses penyembuhan dan luka yang belum teratasi. Sang narator tampaknya berada di ambang pemulihan, tetapi tak mampu meraihnya—waktu bukanlah sumber penghiburan, melainkan kekuatan yang tak peduli. Saat lagu berkembang, frustrasi berubah menjadi ketidakpedulian, dan isolasi menjadi bentuk perlindungan diri.
Momen kunci—“I found isolation through desperation”—merangkum beban emosional lagu ini, menggambarkan seseorang yang terjebak dalam gejolak batinnya, mencari jawaban yang selalu berada di luar jangkauan.
“The answers I can’t find / The answers I can’t find.”
Di akhir “Marathon”, tidak berakhir dalam katarsis—hanya ketidakpastian yang menggantung. Pendekatan lirik BLEED mencerminkan suara lagu yang hipnotis dan imersif, menarik pendengar ke dalam ruang refleksi tanpa memberikan jawaban pasti.
Secara musikal, “Marathon” adalah esensi dari estetika BLEED: berat, imersif, dan hipnotik. Lapisan gitar yang tebal menciptakan atmosfer mengalir yang membanjiri pendengar, menggabungkan tekstur etereal shoegaze dengan bobot rock alternatif. Produksinya memungkinkan lagu ini terasa menghancurkan, namun seperti melamun, menemukan keseimbangan antara agresi dan introspeksi.
BLEED memadukan lapisan gitar yang berputar dengan vokal samar berbalut reverb, menciptakan lagu yang terus melayang antara ketegangan dan pelepasan. Tone gitar yang dipenuhi fuzz memberikan “Marathon” nuansa nostalgia namun modern, menarik pengaruh dari alternatif ’90-an dan post-hardcore sambil tetap mendorong suara mereka ke arah yang unik.
Pada intinya, BLEED membangun lanskap sonik yang imersif dan kaya secara hipnotik, menggabungkan melodi berat dengan struktur lagu yang rapat—terasa megah sekaligus personal.
Musik mereka sering dikaitkan dengan “nü-gaze”, evolusi modern dari shoegaze yang menggabungkan intensitas alternatif 2000-an dengan atmosfer khas shoegaze klasik dari ‘80-an dan ‘90-an.
Dengan “Marathon”, BLEED tidak mencoba mengubah arah musik mereka, melainkan memperhalusnya—memperkuat kemampuan mereka dalam menciptakan musik yang imersif dan emosional. Lagu ini mungkin tidak mengambil risiko besar, tetapi berhasil mempertegas identitas band serta memberikan gambaran mendalam tentang tema yang akan dieksplorasi dalam album mendatang mereka.
Bagi penggemar karya BLEED sebelumnya—atau siapa pun yang tertarik dengan nuansa melankolis band seperti Hum atau Deftones—”Marathon” adalah pengalaman yang memikat. Lagu ini tidak menuntut perhatian; ia perlahan menyusup ke dalam kesadaran.
Official music video tersedia di YouTube.
[Verse]
When they see the way you are, let them down
Ride the rail and come around
[Chorus]
They say time (Heals all)
But time’s not mine (At all)
[Verse]
When you’re finally at the door of what you found
Ride the rail too hard and turn around
[Chorus]
They say time (Heals all)
But time’s not mine (At all)
They say time (Heals all)
But time’s not mine (At all)
[Post-Chorus]
I found isolation through desperation
[Bridge]
They say time heals all
I looked inside and all I know
[Outro]
The answers I can’t find
The answers I can’t find
All rights reserved
Tinggalkan Balasan