Bagi rakyat Indonesia, lagu dangdut akan selalu meraja dan mendapat tempat utama di hati.

“Dangdut adalah solusi.” begitulah lirik yang dinyanyikan oleh Riris Arista bersama dengan Libertaria dan Brodod di lagu yang berjudul “D.N.A”. Premis itu pulalah yang diangkat oleh Marzuki Mohamad atau biasa yang dikenal sebagai Kill the DJ dalam tulisannya yang berhubungan dengan lagu “Kewer-Kewer”. Marzuki mengungkapkan bahwa segala persoalan yang ada di negeri Indonesia ini bisa diselesaikan dengan cara bergoyang tanpa ragu. Dangdut dan bergoyang merupakan dua hal yang tak bisa dipisahkan, di negara yang takaran literasinya masih belum maksimal, orang-orang akan sulit untuk menerima apa yang disuguhkan oleh musisi seperti Efek Rumah Kaca atau yang paling mukhtahir Barasuara. Sehingga ketika mereka membutuhkan sebuah alunan nada untuk mengisi ruang kosong rumah mereka, mereka akan lebih memilih untuk memainkan lagu dangdut dan tenggelam dalam goyangan yang digerakkan tanpa sadar.

Suka atau tidak suka, lagu dangdut adalah lagu yang diterima oleh hampir semua kalangan dan lapisan masyarakat di Indonesia. Bahkan pernah suatu kawan menceritakan bahwa dari empat hal yang biasa dibahas di pos kampling di daerahnya, dangdut adalah masalah pertama yang biasa dibahas dan dijadikan pemantik pembicaraan. Memang, saat ini banyak sekali stigma negatif yang disematkan kepada musik dangdut,mulai dari penampilan seronok, hanya mengumbar hawa nafsu, dan lirik dan yang kacangan (terlalu terobsesi kepada bunyi gendang yang ditabuh secara terus meneru, tanpa memperhatikan kaidah penulisan lagu yang mumpuni, baca: koplo). Memang tak bisa disalahkan juga sih, semenjak berkembang di daerah pesisir, musik dangdut koplo memang menjadi salah satu penggerak ekonomi utama masyarakat. Hanya saja, stigma yang terlalu beracun sudah menjangkiti musik koplo, sehingga ya tidak aneh jika generasi yang lebih muda, terutama yang terpapar dengan akses terhadap informasi yang beraneka ragam memilih untuk mencuci tangan setiap kali mendengar sebuah lagu dangdut diputar dan tidak mau belajar lebih banyak melalui gaya musik asli Indonesia ini.

Melihat permasalahan yang cukup kompleks tersebut dan sebagai salah satu bentuk apresiasi terhadap musik asli Indonesia, tim redaksi Backstage Whisp memutuskan untuk mempelajari musik dangdut lebih dalam lagi. Beberapa penelitian sebenarnya pernah dilakukan untuk melihat musik dangdut dari aspek etnografis, namun bukan itu yang kami bahas mengingat Backstage Whisp merupakan blog yang memberikan fokus pada musik. Oleh karena itu, kami sudah menyeleksi tujuh buah lagu dangdut yang bisa didengarkan bahkan oleh generasi paling baru sekalipun. Kami berharap sajian 7 Lagu Dangdut Terbaik ini dapat membuat pandangan skeptis orang-orang terhadap musik dangdut menjadi lebih terbuka. Selamat menikmati.

 

Rhoma Irama – “Begadang”

Haram hukumnya bagi penulis daftar kumpulan lagu dangdut untuk tidak memasukkan lagu dari Rhoma Irama. Ada alasan kenapa Rhoma Irama mendapatkan julukan raja dangdut Indonesia, itu karena karya-karya yang ditulis oleh Rhoma Irama memang termasuk tidak lekang oleh zaman. Lagu “Begadang” ini adalah salah satu magnum opus dari sejarah musik dangdut di Indonesia, salah satu yang terbaik yang pernah ditulis dan penuh dengan pesan moral. Rhoma Irama tak hanya menjadikan dangdut sebagai medium untuk menelurkan kreativitas, namun juga banyak menyinggung mengenai moralitas, politik rakyat dan relasi antar manusia. Kedekatan konten yang memasyarakat itu menjadikan sosok Rhoma Irama sebagai seorang legenda. Lagu “Begadang” ini juga termasuk ke dalam lagu terbaik Indonesia versi Rolling Stone Indonesia yang diterbitkan pada tahun 2009 lalu.

 

Elvy Sukaesih dan Masyur S – “Gadis atau Janda”

Apa yang ada di pikiran kalian ketika kalian mendengarkan lagu ini? Lagu “Gadis atau Janda” ini memiliki cengkok melayu yang sangat kental, dengan lirik yang memang sangat mengakar di masyarakat Indonesia. Pada masa itu, lagu ini adalah sebuah lagu dengan pemikiran yang sangat maju dengan memberanikan diri untuk berbicara mengenai percintaan yang murni (sedikit susah mengatakannya, untuk lebih mudahnya anggap saja percintaan yang murni itu tak akan memikirkan status seseorang). Belum lagi, lagu ini juga memiliki sisi humoris dengan peletakan dialog di tengah lagu yang biasanya menjadi punchline bagi setiap duet yang sedang membawakan ulang lagu-lagu ini, entah ketika sedang ada acara kondangan atau karaoke. Coba sesekali jika ada duet yang membawakan lagu ini di acara kondangan kampung, dengarkan perbincangan apa yang mereka sisipkan, biasanya lucu dan sedikit nakal (hahaha).

 

Ikke Nurjanah – “Terlena”

Lagu ini memiliki salah satu pembukaan paling ikonik dalam sejarah perdangdutan dan musik nusantara di Indonesia. Saking ikoniknya, lagu “Terlena” ini termasuk lagu yang akan langsung kamu ingat walaupun hanya kamu dengarkan satu kali saja dan akan membekas sampai bertahun-tahun (coba sebutkan satu lagu populer di Indonesia yang memiliki tingkat ketahanan seperti lagu ini). Tak perlu suara gendang yang berlebihan dan lirik yang menjurus dan lebih layak untuk dijadikan bagian dari dialog stensilan, lagu “Terlena” ini adalah sebuah lagu dangdut yang memiliki susunan matang, pemilihan nada manis, dan komposisi sangat apik. Bahkan untuk kalian yang anti terhadap lagu dangdut masa kini sekalian, akan sulit untuk menolak sihir yang dipancarkan oleh lagu ini.

Manis Manja Group – “Jodoh”

Nama Manis Manja Group sudah merupakan penjelasan yang tak perlu dijelaskan lagi, bagi generasi yang sudah beranjak dewasa di era 90an, mereka layaknya JKT48 bagi generasi milenial sekarang. Musik mereka benar-benar seperti penjelasan dari nama mereka sendiri, penuh kecentilan dan terdengar sangat manja. Memang cheesy betul, tapi justru di situlah keindahan dari lagu dangdut yang mereka tawarkan. Penuh dengan bagian-bagian menggelitik, memaksamu untuk tertawa (coba dengarkan bagaimana mereka menyisipkan efek echo dengan cara manual seperti di bagian “Jodoh.. jodoh jodoh”). Meski begitu, lagu ini juga berisikan bagian-bagian seruling yang apik dan irama yang menenangkan. Lagu ini seperti antitesis dari lagu-lagu koplo yang populer masa kini dan karena perbandingan itu, lagu ini terdengar berkelas.

 

Evie Tamala – “Rembulan Malam”

Ah jika saja idiom yang sedang populer di Youtube sudah mewabah pada saat itu, seperti “siapa yang lagi ngiris bawang?”, “aku tidak menangis, kamu yang menangis” tentu komentar-komentar seperti itu akan rama mewarnai kolom pesan di radio. Evie Tamala melalui lagu ini sedang mengajarkanmu bagaimana menjadi galau, lewat sebuah lagu yang benar-benar mengharu biru memancarkan kesedihan. Mulai dari peletakan mood, penulisan lirik, sampai pengambilan gambar yang benar-benar memberikan kesan muram. Ah jika semua orang yang sedang merasa sendu memilih untuk mengekspresikan kegalauannya dengan cara seperti Evie Tamala tentu dunia ini akan terdengar merdu.

 

Jaja Miharja -“Cinta Sabun Mandi”

Ada satu hal yang membuat lagu ini begitu menarik dan menggelitik untuk didengarkan, yaitu permainan kata-kata seorang Jaja Miharja dalam mengungkapkan pujian. Coba perhatikan lirik-lirik ini, “Walaupun Madonna cantik, Marilyn Monroe juga cantik, tetapi bagiku lebih cantik nyai.”, wanita mana yang tidak akan tersentuh dinyanyikan lagu seperti itu? Dibanding-bandingkan dengan dua sosok paling ikonik dalam budaya populer barat selama satu abad terakhir dan tetap dianggap lebih cantik. Rayuan yang cerdas dan menggelitik juga dapat kamu temukan di bagian lirik yang lain seperti ketika Jaja Miharja memasukan pengandaian sabun mandi yang dia anggap akan semakin mengikis semakin dipakai, cinta Jaja Miharja sama sekali tak seperti itu, yang walaupun sering diungkapkan akan berkurang kadarnya. Coba pakai perumpamaan itu untuk merayu gebetanmu saat ini sambil mendengarkan lagunya.

 

Libertaria – “Kewer Kewer”

Generasi baru dari musik dangdut sudah seharusnya disematkan kepada Libertaria. Ketimbang mengeksploitasi bagian tubuh dan lirik yang remeh temeh seperti Cita Citata dan juga penyanyi dangdut kontemporer lainnya, Libertaria justru melakukan eksplorasi secara besar-besaran terhadap lagu dangdut. Memasukkan musik dansa elektronik, Libertaria memadupadankan dangdut dengan konsep modern yang dikemas dengan nama post dangdut elektronika. Tak hanya itu, Libertaria yang di lagu ini berkolaborasi dengan penyanyi Riris Arista juga mempunyai beberapa lirik yang bisa dijadikan tagline seperti “Goyang itu bikin happy, sehat jasmani dan rohani, goyang jangan dipolitisasi.”. Jadi, untuk kalian semua yang tua maupun yang muda, ayo kewer-kewer.

 

Bonus:
Saptarasa – “Pathetic Fairytale”

Saptarasa merupakan band yang mencoba menggabungkan musik dangdut dengan gaya bermusik lain yang sebenarnya sangat bertabrakan, seperti psychedelic dan folk. Konten lirik mereka memang difokuskan dalam bahasa Inggris, namun jika kalian mendengarkan lagu mereka, salah satunya lagu berjudul “Pathetic Fairytale” ini kalian akan bisa menemukan pengaruh pengambilan nada dari musik dangdut yang cukup kuat. Dengarkan lagunya di bawah ini.

 

Itu tadi adalah kumpulan lagu dangdut terbaik versi Backstage Whisp. Lagu-lagu ini memang bukanlah lagu dangdut terbaru yang biasa kamu dengarkan belakangan ini. Namun tim redaksi menganggap bahwa sampai sekarang belum ada lagu dangdut baru, bahkan lagu dangdut koplo sekalipun yang bisa menyentuh kualitas dari lagu-lagu dangdut di atas. Apa pendapatmu? Setujukah kamu dengan daftar ini? Berikan komentarmu melalui kolom di bawah ini ya.

Baca juga topik menarik lainnya mengenai Lagu Indonesia dari Backstage Whisp.

Artist

Genre

Year

Country

Categories

Satu tanggapan untuk “7 Lagu Dangdut Terbaik Sepanjang Masa”

  1. […] satu hal yang memicu naiknya pamor lagudangdut di kalangan masyarakat Indonesia salah satunya adalah karena kebijakan presiden Soekarno. Muncullah […]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *