Seorang pria mengenakan baju putih, berdiri di sebuah latar gurun pasir yang luas sambil memainkan sebuah ukulele. Pria tersebut mulai bernyanyi dengan suara tenornya, sebuah lirik berbunyi “She asked me, “Son, when I grow old, will you buy me a house of gold?”.”.

Pria tersebut adalah Tyler Joseph, vokalis dan otak utama dari band yang saat ini dianggap sebagai salah satu band dengan basis masa terbesar di seluruh dunia, Twenty One Pilots. Sementara, lagu yang dia nyanyikan adalah salah satu lagu populer pertama dari Twenty One Pilots berjudul “House of Gold” yang diambil dari album ketiga mereka Vessel (2013). Bersama dengan drummer, Josh Dunn, duo ini mulai membangun popularitas mereka dengan aksi panggung yang liar, menarik, dan terkadang tidak bisa dinalar hingga akhirnya merajai berbagai tangga lagu terbaru di berbagai negara. Mereka benar-benar menekuni makna dari entertainer sejati, bisa dibilang mereka jarang gagal untuk menghibur penggemar mereka ketika mulai memainkan setlist live mereka di sebuah konser. Tontonlah satu atau dua konser dari Twenty One Pilots di Youtube, kalian akan menemukan alasan dari pernyataan saya sebelumnya.

Twenty One Pilots ini unik, mereka mendobrak sekat musik yang biasanya dibangun oleh kompatriot mereka, merubuhkannya dan mengijinkan berbagai aliran musik yang dapat dikenali membaur dalam komposisi mereka. Jika kita mendengarkan Twenty One Pilots, kita akan menemukan musik elektronik yang visioner, lirik yang puitis, dan gaya unorthodox Tyler Joseph dalam bernyanyi. Agak susah untuk melabeli musik mereka ke dalam satu atau dua kata, beberapa fans Twenty One Pilots sendiri menamai musik mereka sebagai schizoid pop, yang merupakan kependekan dari schizophrenic pop. Sebuah subgenre pop yang ditandai dengan berbagai macam pengaruh musik, mirip dengan genre Sibuye-kei dari Jepang.

Twenty One PilotsCourtesy of Billboard.com

Empat tahun yang lalu mungkin Tyler Joseph dan Josh Dun hanya bisa memimpikan pencapaian yang mereka alami sekarang ini. Sesaat sebelum mereka menandatangai kontrak dengan Fueled By Ramen, anakan dari Atlantic Records yang membidani band-band seperti Paramore dan Fall Out Boy, mereka adalah band yang rutin mengisi acara musik di aula sekolah, tentu itu bukanlah sesuatu yang bisa dibanggakan bukan? Momen terbesar mereka datang ketika mereka memainkan sebuah konser yang tiketnya habis terjual di Newport Music Hall, tak tanggung-tanggung kabarnya ada beberapa perwakilan label yang memperebutkan mereka saat itu, pilihan pun jatuh kepada Fueled By Ramen. Jika melihat sepak terjang Fueled By Ramen dalam melahirkan band sekelas Paramore dan tentu saja fun., sebenarnya tak heran kenapa Tyler dan Josh memutuskan untuk bergabung dengan mereka dan terbukti keputusan mereka itu tidak salah.

Setelah Vessel dirilis pada Januari 2013, nama Twenty One Pilots langsung melambung dengan mencapi posisi 9 pada tangga lagu Billboard, termasuk dua lagu mereka berjudul “Guns for Hands” dan “Lovely” yang sukses menempati posisi 21 dan 67 di tangga lagu Japan Hot 100. Album Vessel tak hanya sukses secara komersial, album inilah yang akhirnya membuka mata dunia terhadap bakat dan kualitas unik dari duo ini, tentang bagaimana mereka dapat dengan mudah melakukan transisi dari ballad piano menuju musik electronic dance, lengkap dengan segala layer synthesizer dan drum machine. Coba dengarkan lagu “Car Radio”, lagu ini dibuka dengan permainan piano berbasiskan ballad yang kemudian disambung dengan rap dari Tyler Joseph sebelum akhirnya masuk bagian synth key yang disambung dengan teriakan khas Tyler Joseph yang terdengar penuh distorsi dan kadang sedikit mengerikan.

Tyler Joseph, sebagai vokalis dan multi instrumentalis Twenty One Pilots adalah daya tarik dari band ini. Jangkauan vokalnya luar biasa luas, saat dia bernyanyi di register bawah, suaranya bisa terdengar lembut dan sangat jernih walau terkadang sedikit rapuh. Saat dia mulai bernyanyi di register atas, suaranya sangat kuat dan penuh kendali. Namun yang lebih menarik dari kualitas vokalnya adalah tentang bagaimana dia memiliki banyak gaya bernyanyi dan semuanya bisa diaplikasikan dalam satu lagu secara langsung. Salah satu karya terbesar yang melingkupi bakat serta jangkauannya sebagai seorang musisi terekam dalam lagu berjudul “Goner”, lagu yang sebenarnya sudah ditulis sejak 2012 namun ditulis ulang sebagai bagian dari tracklist album terbaru mereka Blurryface di tahun 2015. Di lagu “Goner”, Tyler Joseph tak hanya bermain dengan sedikit falseto, namun juga berteriak dengan penuh grit dan distorsi untuk menunjukan  emosi berlebihnya.

Sementara, Josh Dun baru bergabung dengan Twenty One Pilots pada 2011. Sebelumnya, Josh merupakan tour drummer dari band Christian Rock bernama House of Heroes. Baik Tyler maupun Josh sama-sama dibesarkan dalam sebuah keluarga Kristen konservatif yang relijius. Rolling Stone merangkum sebuah cerita tentang bagaimana keluarga Josh Dun melarang adanya video game dan musik rock di dalam rumah mereka. “Saya menyembunyikan album seperti Dookie dari Green Day di bawah kasur” aku Dun kepada Rolling Stone, “Kadang mereka menemukan itu dan menjadi marah. Mereka lalu mencari (band) alternatif Kristen, seperti Relient K, dan membuatku mendengarkannya.”. Pelarangan itu membuat Josh akhirnya membangkang kepada kedua orang tuanya, pembangkangan tidak dilakukan dalam bentuk alkohol ataupun obat-obatan terlarang, namun lebih kepada argumen yang terjadi sepanjang waktu.

Josh akan menunggu kedua orang tuanya tidur untuk mulai memainkan koleksi punk miliknya. Itu sering dia lakukan sampai akhirnya kedua orang tuanya mulai melunak mengenai pilihan musik Josh. Sempat berada dalam frekuensi yang selalu berbeda, Josh mengaku bahwa pembicaraan dirinya dengan sang ayah tentang pencapaian hidup membuka pikirannya dan malah memotivasi dirinya. Motivasi itu datang ketika ayah Josh mengatakan secara langsung kepada Josh Dun, “Ini bukan tentang seberapa banyak uang yang kamu dapat atau apa pekerjaanmu, tapi lebih tentang karaktermu dan aku bangga kepadamu.”.

Tak berbeda jauh dari Josh, Tyler Joseph juga tumbuh di keluarga yang relijius. Ayah Tyler adalah kepala sekolah dari sekolah menengah atas Kristen yang juga menjadi tempat Tyler Joseph belajar. Lingkungan yang relijius tersebut membuat Tyler tumbuh menjadi pribadi yang spiritual, bahkan Tyler Joseph juga sempat terlibat aktif dalam pembuatan lagu rohani bersama kolektif bernama Five14 Sound. Jika kalian tidak keberatan dengan konten spiritual yang tersaji, coba cek proyek awal Tyler karena di proyek tersebutlah terbentuk framework awal dari musik Twenty One Pilots yang sekarang. Terlibat dalam proyek Five14 Sound, Tyler tak jarang menggunakan majas personifikasi atau simile. Menariknya, Tyler terbiasa menulis liriknya dalam bentuk puisi yang panjang, hal inilah yang disebut sebagai alasan kenapa Tyler Joseph akhirnya sering menyanyikan bait yang dia tulis dengan teknik menyanyi rap.

Hal lain yang menarik dari lirik yang ditulis oleh Tyler Josep adalah banyaknya menggunakan perumpamaan dalam penulisan lirik. Dia tak pernah secara gamblang menyebut apa maksud yang sedang mereka sampaikan, membiarkan semuanya menjadi semacam kode untuk dibuka sendiri oleh penggemar mereka. Sebagai contoh ketika mereka memperlihatkan kepedulian mereka kepada fans lama mereka dengan sebuah lirik yang gelap, kelam, dan penuh misteri dalam lagu berjudul “Heathens”. Dalam lagu tersebut, Tyler Joseph menganggap fans-fans awal Twenty One Pilots sebagai heathen dalam sekumpulan fans baru mereka. Heathen dalam arti umum memiliki arti sebagai seseorang yang tidak mengikuti agama besar di dunia ini. Sehingga tak sedikit pula yang mengartikan bahwa Tyler Joseph tengah berbicara tentang fans lama Twenty One Pilots yang dianggap ‘ketinggalan zaman’ ketika dibandingkan dengan fans-fans baru mereka dalam lirik “All my friends are heathens. Take it slow.”. Meski tak sedikit pula yang menganggap arti heathen di sini merupakan kritik terhadap evangelisasi Kristen atau berbicara tentang kehidupan di penjara, cukup banyak interpretasi yang bisa ditarik dari lagu ini. Menarik sekali bukan untuk didiskusikan?

Kegelapan, misteri, dan tanda tanya yang menaungi musik Twenty One Pilots tak bisa dilepaskan dari peran Tyler Joseph, seorang yang boleh saja dianugerahi gelar sebagai filsuf modern dan seorang pemikir dalam yang pikirannya menjangkau isu-isu kritis dalam kehidupan manusia. Terkadang buah pikir dari Tyler Joseph ini tak mudah untuk diikuti, seperti ketika dia memutuskan untuk memperkenalkan Blurryface kepada semua orang.

Banyak pendapat berdatangan untuk menguak siapa blurryface, namun pentingkah bagi kita untuk mengetahui siapa itu blurryface yang dimaksud? Beberapa orang sepakat untuk menganggap blurryface sebagai bagian lain dari Tyler Joseph seperti pada lirik “I’ve got two faces, blurry’s the one I’m not” atau di bagian “My name’s Blurryface and I care what you think” di lirik “Stressed Out”. Nyatanya blurryface ini seharusnya tidak hanya eksklusif pada pribadi Tyler Joseph saja, mengutip penjelasan dari orang yang membuat artwork Blurryface, “Blurryface adalah sesuatu yang coba kita sembunyikan dari dunia ini.”, dengan demikian blurryface di sini bisa saja dimiliki oleh semua orang dan yang dilakukan oleh Tyler Joseph hanyalah mengingatkan kita semua bahwa blurryface itu mungkin ada di setiap kita.

Twenty One Pilots menang grammy 2017

Blurryface tak hanya mampu menyentuh penggemar Twenty One Pilots dengan pesan yang relate dengan keadaan aktual, seperti di lagu “Stressed Out” dimana Tyler Joseph berbicara tentang transisi dari masa remaja menuju kedewasaan, namun juga sukses secara komersial karena mampu terjual lebih dari 130 ribu kopi di minggu pertama sekaligus menjadikan album ini sebagai album pertama Twenty One Pilots yang memuncaki tangga lagu Billboard 200. Kesuksesan komersial diikuti dengan beragam penghargaan yang mengikuti, seperti penghargaan dari American Music Awards, MTV Video Music Awards, dan MTV Europe Music Awards.

Empat tahun berlalu selepas adegan di lagu “House of Gold”, beberapa malam yang lalu, duo Tyler dan Josh berdiri tanpa celana di sebuah panggung besar nan megah di hadapan ribuan penonton untuk menerima penghargaan Grammy pertama mereka dalam kategori “Best Pop Duo/Group Performance”. Secara mentalitas mungkin mereka tidak banyak berubah, mengagungkan sikap peduli setan khas rock n roll, namun transformasi yang mereka alami selama empat tahun terakhir terlalu banyak untuk tidak dilirik sama sekali. Dari band pengisi aula sekolah, sampai band yang menjual habis tiket pertunjukan di Madison Square Garden. Twenty One Pilots adalah perwujudan dari transformasi yang berhasil, salah satu band yang tak bisa dilewatkan penampilan langsungnya.

Genre

Year

Country

Categories

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *