Sebelum Pierce The Veil menjadi band yang diidentikan dengan Texas-core, sekitar 20 tahun yang lalu ada sebuah band bernama At The Drive-In memulai legacy-nya dengan sebuah album berjudul Acrobatic Tenement. Album tersebut mendapat nilai sempurna 10/10 dari situs majalah online asal UK bernama Drowned In Sound, walaupun kemudian direvisi menjadi 8/10 pada 2013 lalu. Zach, salah satu kritikus musik yang sering menulis ulasan di situs Sputnik Music menyebut album ini sebagai pemandangan tentang kehidupan remaja dengan pengetahuan kosa kata yang luas serta kecintaan mereka terhadap metafora. Walaupun banyak fans mereka yang kurang setuju untuk menyebut album ini sebagai album terbaik At The Drive-In, album Acrobatic Tenement telah membentuk sebuah fondasi kuat untuk bentuk bunyi At The Drive-In di album selanjutnya.

At The Drive-In adalah Cedrix Bixler (vokal), Omar Rodriguez (gitar dan vokal), Paul Hinojos (bass), Tony Hajjar (drum), dan Keeley Davis (gitar dan vokal). Terbentuk sejak 1993 di El Paso, Texas, At The Drive-In mengalami banyak perubahan line up pada usia awal band ini. Tercatat hanya Cedrix Bixler saja yang tersisa dari line-up original At The Drive-In, lainnya merupakan hasil bongkar pasang personel yang terjadi pada periode 1994-1997. Tercatat pada tahun 1996 lah, line up At The Drive-In baru mulai stabil, ketika Tony Hajjar dan Paul Hinojos masuk untuk menggantikan Ryan Sawer, Kenny Hooper, serta Omar Rodriguez beralih posisi untuk mengisi gitar menemani Jim Ward, setelah sebelumnya menjadi pembetot bass band ini.

Menggunakan formasi tersebut, At The Drive-In mulai mengembangkan fanbase underground yang solid. Fans mereka kebanyakan tersebar di bagian barat Amerika Serikat yang memutuskan untuk menyukai band ini setelah menghadiri show kecil-kecilan dari At The Drive-In di sebuah basement dan juga venue lokal. Menggunakan cara itu pula akhirnya popularitas At The Drive-In semakin hari semakin meroket. Secara sukarela penonton yang mendatangi gigs mereka, mulai menyebarkan pesan berantai tentang At The Drive-In kepada kerabat mereka yang lain.

Hasilnya, hanya beberapa tahun setelah band ini dibentuk, gigs yang mereka lakukan selalu berhasil menyedot sekitar 100 sampai dengan 350 penonton. Menariknya, dilansir dari biografi mereka, salah satu show yang mengubah takdir mereka justru terjadi di sebuah gigs dengan penonton berjumlah sembilan orang saja, dimana salah satu penonton yang hadir saat itu adalah salah satu pegawai dari label rekaman Flipside. Perjumpaan di sebuah micro gigs itu pulalah yang akhirnya mengantarkan At The Drive-In untuk merilis debut album mereka berjudul Acrobatic Tenement di bawah Flipside Records.

Credit: Heavyblogisheavy.com

Nyatanya, kesuksesan At The Drive-In di bagian barat Amerika Serikat tidak membuat segalanya menjadi lebih mulus. Pada saat krusial tersebut, Flipside Records justru menutup divisi label rekaman mereka dan Offtime Records, yang merilis EP mereka El Gron Orgo di tahun 1997 tidak memiliki finansial yang sehat untuk merilis sebuah album penuh, menjadikan At The Drive-In kehilangan dukungan finansial untuk merilis album kedua mereka. Frustasi, mungkin itulah yang ada di pikiran At The Drive-In saat itu. Beragam cara mereka lakukan untuk merilis album kedua, tercatat dalam biografi mereka, “At The Drive-In secara literal mendekati hampir semua label independen yang ada di pikiran mereka.”.

Hasilnya nihil, tak ada label satupun yang berminat terhadap musik dari At The Drive-In saat itu. Ketika harapan itu hampir sirna, saat itu pulalah Bob dan Michelle Becker dari Fearless Records melihat penampilan At The Drive-In ketika mereka membuka gigs dari Supernova di sebuah bar bernama Club Mesa. Komunikasi terjalin antara Fearless Records yang saat itu hampir disinonimkan dengan musik pop punk dan akhirnya sebuah kontrak disetujui, membuahkan album kedua berjudul In/Casino/Out, dirilis pada 3 Juni 1998.

In/Casino/Out adalah sebuah bentuk pendewasaan dari At The Drive-In, jika kita mendengarkan album ini secara seksama, kita bisa mendengar bagaimana album ini memiliki emosi yang melimpah dan para anggota band benar-benar terdengar sebagai sebuah unit yang kohesif. Menariknya, album ini direkam secara live tanpa overdub sekalipun, hasilnya In/Casino/Out menjadi sebuah album yang berhasil merekam intensitas emosi At The Drive-In ketika bermain live dengan sangat gamblang.

Majalah Rolling Stone dalam sebuah daftar 40 Album Emo Terbaik Sepanjang Masa menempatkan album ini pada posisi 20, sebuah penghargaan yang memang sangat pantas untuk segala jerih payah mereka di studio rekaman. Bisa dibilang, ini adalah salah satu album emo esensial yang haram untuk dilewatkan bagi kalian penggemar musik emo. Meski bergemilang pujian, rupanya Cedrix Bixler mengaku belum begitu puas dengan hasil akhir In/Casino/Out. Dalam sebuah interview yang dilakukan dengan Punknews, Bixler mengaku bahwa mereka hanya mampu mengeksekusi sekitar 30 persen dari ide yang mereka miliki karena keterbatasan waktu, namun dia juga memuji personel band yang lain karena mereka berhasil mengatasi tekanan dengan sangat baik.

Selepas kesuksesan In/Casino/Out dan sebuah tur bersama dengan Rage Against The Machine, At The Drive-In kembali masuk studio rekaman untuk merekam album ketiga sekaligus tersukses dalam diskografi mereka, Relationship of Command. Blake Butler dari Allmusic menulis, “Album ini mengkombinasikan sisi agresif dari hardcore dengan dorongan melodi, vokal yang harmonis dan emotif, serta lirik yang surreal.”. Album Relationship of Command dipandang sebagai versi yang lebih lengkap dari dua album terdahulu. Lebih daripada itu, album ini disebut sebagai salah satu album paling lengkap di spektrum rock secara keseluruhan. NME menobatkan album ini pada posisi 12 dari 100 album paling penting pada dekade 2000-2010 dan tak ketinggalan, Kerrang menempatkan album ini pada urutan 37 pada daftar album paling penting sepanjang masa.

Dampak yang dihasilkan dari Relationship of Command begitu luas, hanya dalam hitungan bulan saja, At The Drive-In menjadi salah satu nama yang paling sering dibicarakan penikmat rock di seluruh dunia. At The Drive-In, band yang mengawali karir mereka di sebuah basement pengap berhasil mengubah takdir mereka dengan bermain di hadapan jutaan audiens televisi nasional ketika mereka diundang oleh Connan O’Brien serta David Letterman di talkshow mereka masing-masing. Bahkan salah satu lagu mereka di album Relationship of Command, berjudul “One Armed Scissor” mendapat tempat di sirkulasi radio secara rutin dan sempat menikmati manisnya airplay dari MTV yang pada tahun itu sedang berada pada fase booming. Pitchfork sendiri menobatkan lagu “One Armed Scissor” ke dalam daftar lagu terbaik pada tahun 2000, dengan menempatkan lagu ini pada posisi 255.

Kesuksesan maintstream yang mereka raih sayangnya justru berlangsung sangat singkat. Pada bulan November 2000, At The Drive-In terlibat dalam sebuah kecelakaan lalu lintas ketika van yang mereka tumpangi kehilangan kendali dan terbalik. Meski bukan penyebab utama dari bubarnya At The Drive-In, insiden tersebut menimbulkan goncangan mental bagi personel At The Drive-In. Beragam kejadian yang berkontribusi terhadap kelelahan mental dan psikis mulai mereka alami, misalnya ketika mereka memutuskan untuk meninggalkan setlist mereka di festival Big Day Out, Australia karena penonton yang tidak terkendali. Mereka juga pernah membatalkan lima tanggal di tur Eropa karena alasan kelelahan secara mental.

Puncaknya terjadi pada bulan Maret 2011, berada dalam puncak popularitas dan baru saja menyelesaikan sebuah tur dunia, At The Drive-In akhirnya benar-benar bubar. Gitaris, Omar Rodriguez berkata, “Setelah siklus enam tahun tanpa jeda dalam merekam album dan pergi tur, kami memutuskan untuk beristirahat. Kami perlu waktu untuk mengevaluasi kembali, menjadi manusia lagi dan memutuskan apakah kami ingin bermain musik lagi.”.

Dalam kesempatan yang terpisah, vokalis Cedrix Bixler mengaku sebagai orang yang bertanggung jawab atas bubarnya At The Drive-In, beberapa kali dalam sebuah interview dia mengaku perbedaan pendapat tentang arah musik laksana sebuah palu yang memutus perkara apakah At The Drive-In akan berlanjut atau tidak. Cedrix mengaku bahwa dirinya ingin agar album selanjutnya At The Drive-In terdengar seperti album miliki Pink Floyd, The Piper at the Gates of Dawn sementara anggota lain ingin agar musik mereka menuju ke arah alternatif rock. Bubarnya At The Drive In kemudian menetaskan The Mars Volta dan Sparta, sampai Antemasque di tahun 2014.

At The Drive In Coachella 2012

Pada 2012, lebih dari sepuluh tahun setelah mereka bubar, untuk pertama kalinya At The Drive-In melakukan reuni. Tak tanggung-tanggung, mereka langsung ikut ambil bagian dalam festival-festival besar seperti Coachella, Lollapalooza, Fuji Rock, serta Reading and Leeds Festival. Meski beberapa kali mengelak akan benar-benar bermain bersama kembali, melalui sebuah postingan di Facebook pada 21 Januari 2016, At The Drive-In mengkonfirmasi bahwa mereka akan kembali merilis album baru. Drummer mereka, Tony Hajjar mendeskripsikan reuni mereka dengan sebuah kalimat yang menyentuh, “This is home, and it’s nice to come back to it and feel so positive about it.“.

Lagu pertama yang mereka rilis paska pengumuman tersebut adalah sebuah lagu berjudul “Governed By Contagions”. Sebuah lagu yang berhasil menunjukkan bahwa At The Drive-In masih mampu untuk menulis lagu progressif dengan komposisi yang memikat. Lagu ini sarat emosi, menyentuh sisi antemik dari musik post hardcore yang juga bisa kalian temukan di album Relationship of Command.

Dengarkan lagu “Governed By Contagions” di bawah ini atau kalian bisa download secara gratis melalui website resmi mereka di atthedriveinmusic.com.

Year

Categories

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *