“Bah” reaksi saya ketika mendengarkan intro pembuka dari split band pemegang flag ship poppy-pop punk Indonesia, Saturday Night Karaoke dengan band yang kelebihan tenaga dan waktu luang asal Amerika Serikat, Grim Deeds. Bukan tanpa sebab, saya tidak mengerti alasan untuk menjadikan lagu “Soleram” yang dinyanyikan oleh choir anonim sebagai intro split ini. Harapan saya untuk mendengarkan sebuah split yang menyenangkan pun sirna pada detik-detik awal intro ini dimainkan. Masalahnya, efek yang diberikan untuk melapisi suara paduan suara tersebut tak ubahnya seperti sebuah suara yang dipersiapkan untuk diunggah ke Deepweb. Terdengar creepy sekali, sekaligus membuktikan bahwasanya saya tidak tahu apa-apa tentang dua band yang sedang berbagi durasi ini.
Terlepas dari pengalaman tak mengenakkan yang saya alami di bagian pembuka, sejatinya kedua band ini memberikan secercah potensi yang menunggu untuk diramu lebih jauh. Saturday Night Karaoke misalnya, band ini sudah masuk dalam radar saya sejak setahun ke belakang. Alasannya simpel, band ini seperti sebuah manifestasi dari istilah poppy pop punk yang ada di benak saya. Namun, di split ini Saturday Night Karaoke justru melanggar pakem yang sudah mulai terbentuk dalam kepala saya tentang mereka untuk menggantinya dengan power violence yang ricuh.
Mungkin, SNK sedang berusaha mematuhi tema split yang ditentukan oleh pembuka? Mungkin. Jeritan yang terdengar di sepanjang “Cyanide Lads Club” tak ubahnya seperti teriakan-lolongan untuk pengekspresian rasa ngeri. Setelah selesai bermain-main dengan ‘ketidakbiasaan’ tersebut, barulah Saturday Night Karaoke kembali memainkan hook pop yang matang di lagu “H.B.K”. Saya suka ketika mereka mulai memasukan elemen 60an ala doo wop untuk melapisi vokal utama. Entah kenapa, ketika mereka yang melakukannya selalu terdengar pas.
Grim Deeds, di lain pihak terdengar bermain sedikit formatif. Tak perlu diragukan, mereka mampu menulis beberapa hook yang nice di dua lagu berjudul “Hisashi” dan “(((Japanesse Words))). Pengakuan dari John Jughead saya kira lebih kredibel ketimbang pendapat yang saya lontarkan. Walaupun begitu saya harus mengatakan, mereka terdengar seperti terlalu berpatokan pada formula tertentu dalam penulisan lagu. But hey, saya kira John tidak sedang bercanda ketika dia memposisikan dirinya sebagai seorang narator profetik yang membacakan nubuatan bagi Grim Deeds, “Damn you Grim Deeds, for you are the fool, the jester of these modern times. You shall bring forth oblivion. So rejoice in the blackness Mr. Deeds. Create so called melody and rhythm while you can, for the Devil has befriended you.”.
Secara garis besar, di luar kejutan yang ditampilkan oleh Saturday Night Karaoke, split ini tak ubahnya bagai sebuah penghargaan kepada The Ramones. Jika kalian mengagumi The Ramones, kalian tidak akan kesulitan untuk mendapati EP ini sebagai sebuah split yang fun. It’s fun, it’s catchy, dan a quiet awkward experience (Ya, mendengarkan orang yang tak kalian kenal membicarakan sesuatu yang tak kalian pahami adalah pengalaman yang sedikit aneh dan creepy). Dibuka dengan sebuah intro creepy yang memberikan kesan haunting, split ini ditutup dengan sebuah rekaman yang creepy pula, contoh dari sebuah konsistensi. But hey, ini tetaplah pengalaman yang menyegarkan.
Split ini layaknya sebuah terobosan atau (pardon me, saya menemukan penggunakan diksi yang tak lazim sebagai sebuah guilty pleasure) dalam kasus ini saya menobatkan split ini sebagai contoh nyata dari ‘menerobos keterbiasaan’.
ps. saya merekomendasikan kalian untuk mengoleksi split ini. You know, just because. It’s fun.
Tinggalkan Balasan