“Ketakutan terbesarku adalah menjadi seperti Sting.” ungkap Matt Healy dalam sebuah sesi wawancara yang dilakukan bersama The Independent. Sejenak kalimat tersebut membuat saya sedikit bertanya-tanya, “Bagaimana bisa seseorang menolak untuk paling tidak menjadi seperti Sting? Nggak masuk akal banget.”. Jika kita melihat jenjang karir yang dimiliki oleh Sting, siapa sih yang tidak mau seperti dia? Atau paling tidak siapa sih yang tidak mau memiliki kesuksesan seperti dia?
Bersama The Police, Sting meraih beberapa penghargaan Grammy. Empat dari lima album yang mereka rilis masuk dalam daftar 500 album terbaik sepanjang masa milik Rolling Stone. Selepas dari The Police, gemerlap Sting tak juga memudar. Dia masih aktif meraih berbagai penghargaan prestisius. Bahkan, nama Sting mulai menyebar ke segala aspek hiburan, mulai dari film sampai teater. Tapi, frontman dari salah satu band paling panas di UK saat ini, Matt Healy mengatakan bahwa dia sama sekali tidak tertarik untuk menjadi Sting.
Matt Healy lahir pada 8 April 1989 lalu di kota London. Sejak kecil Matt sudah terbiasa dengan sebuah kehidupan yang cukup glamor. Tim Healy dan Denise Welch, orang tua dari Matt Healy keduanya adalah aktor. Mungkin latar belakang ini juga yang akhirnya membuat Matt Healy begitu menikmati seni pertunjukan. Hampir dalam tiap konser yang dilakukan oleh The 1975, kita akan menyaksikan betapa flamboyan dan juga gemerlapnya sosok Matt Healy. Sesuatu yang jaman sekarang sudah jarang ditemui dari seorang frontman.
Mempunyai akses yang lebih mudah dalam menunjukkan bakatnya karena nama orang tua, Matt memutuskan untuk tidak menggunakan hak nepotisme tersebut. “Dengarkan aku, koneksi yang dimiliki kedua orang tuaku tidak akan membawaku kemana-mana.” kata Matt Healy kepada The Guardian, menolak segala tudingan yang menyebutkan bahwa Matt mendapat perlakuan eksklusif dari pelaku industri karena nama orang tua dia. Matt boleh saja menolak keterlibatan orang tuanya dalam kesuksesan dia, tapi bagaimana The 1975 mengonsep setiap konser yang mereka jalani membersitkan paling tidak ada sedikit pengaruh orang tua Healy dari sisi artistik.
The 1975 bukan hanya sebuah band yang memainkan musik semirip mungkin dengan hasil rekaman dan mengucapkan “Ini adalah konser terbaik yang pernah kami lakukan” sewaktu mereka memainkan pertunjukan. Ketika kita melakukan pencarian singkat di Reddit, kita akan langsung tahu bahwa The 1975 adalah sebuah pengalaman. Mereka menyajikan sebuah kenikmatan sonic yang dipadu-padankan dengan pengalaman visual yang menggelegar. Dalam setiap konser mereka, The 1975 sangat intens, intim, dan juga spektakuler.
Selain hal-hal major yang memang sudah dipersiapkan dengan matang, Matt Healy juga menjelma menjadi sosok yang sangat commanding dan juga demanding secara bersamaan. Matt tak segan untuk meminta penonton memasukan telepon genggam mereka ketika konser dimulai. Itu semua dilakukan untuk mengurangi distraksi yang bisa merusak kesakralan dalam mengalami The 1975. “The 1975 adalah sebuah pengalaman sonic, jika itu membuatmu merasa tidak nyaman, well tak masalah. Pergilah dan liat band yang lain.” ungkap Matt Healy dalam sebuah wawancara yang terpisah dengan The Guardian, menunjukkan bahwa dia tak pernah punya masalah jika orang lain tidak menyukainya.
Semua itu tidak berlangsung begitu saja bagi The 1975. Sebelum mereka menjalani tur dunia yang melelahkan selama dua tahun, mereka memulainya pada tahun 2002 sebagai sebuah band emo dengan nama Drive Like I Do dan The Slowdown. Matt Healy sendiri dikenal sebagai remaja yang tumbuh mendengarkan dan mengidolai American Football. Dalam sebuah wawancara dengan Rolling Stone, Matt mengatakan, “Aku tak pernah menjadi orang yang keren sewaktu remaja.”. Malahan, Matt mengaku dia sangat suka mendengarkan band indie rock yang bernama Bright Eyes dan menganggap Conor Oberst sebagai Bob Dylan masa itu.
Bertumbuh dengan musik emo sedikitnya mempengaruhi estetika yang ditampilkan The 1975 secara keseluruhan. Salah satu atribut dari emo yang dapat kita sebut secara langsung adalah bagaimana musik emo dapat langsung kita rasakan secara personal, entah ketika membahas tentang sisi depresi manusia maupun hubungan antar personal. Hal tersebut dapat langsung ditemukan di musik milik The 1975, fans mereka dapat mengklaim bahwa The 1975 adalah milik mereka. Ada sebuah koneksi yang menghubungkan The 1975 dengan fans mereka dalam cara yang sangat personal, itulah yang akhirnya menjadikan mereka emo.
Sempat mengalami fase tidak dipedulikan sedikitpun oleh orang lain, saat ini The 1975 boleh disebut sebagai band baru dengan pengaruh terbesar di Inggris. Efek yang mereka timbulkan boleh disejajarkan dengan efek kemunculan Arctic Monkeys, mereka masuk dan membuat kekacauan. Mereka dibicarakan dimana-mana, semua teatrik yang dilakukan oleh Matt Healy selalu sukses mengundang teriakan histeris dari para penggemar yang kebanyakan berasal dari kaum hawa. Sesuatu yang akhirnya memberi validasi bagi Matt Healy untuk menyebut dirinya sebagai rock star terbesar di planet ini.
Jika kita perhatikan, attitude yang ditampilkan oleh Matt Healy akan mengingatkan kita kepada sosok rock star terbesar yang pernah diketahui sepanjang sejarah umat manusia dalam diri Freddie Mercury maupun Michael Jackson. Matt Healy sendiri mengaku kepada The Guardian bahwa salah satu album favoritnya adalah album milik Michael Jackson yang berjudul Bad. Bagi Matt Healy, sosok Michael Jackson bukan hanya berbicara tentang musik saja tetapi juga menyangkut tentang sebuah sikap. “Jika kamu melihat album pop di masa itu (80an), kamu akan menemukan sebuah album yang tidak hanya meledak, tapi juga mempunyai pikiran yang sangat maju, bagaimana sebuah album menjadi sangat ambisius sehingga terasa keren.”.
Tanpa berusaha membandingkan Matt dengan Freddie maupun MJ, sebuah perbandingan yang saya rasa juga kebablasan, Matt memiliki satu hal yang juga dimiliki oleh Freddie maupun MJ, yaitu sikap flamboyan. Jika dibayangkan, saat ini tidak banyak frontman yang begitu percaya diri dalam menampilkan dirinya sendiri, Matt secara terang-terangan justru merayakan kepercayaan dirinya dengan membiarkan dadanya telanjang.
Dalam sebuah wawancara yang dilakukan bersama Rolling Stone, Matt Healy mengaku bahwa dia sangat sering membawa seksualitas dalam berbagai hal yang dia lakukan, bahkan ketika berkelahi sekalipun, “Ketika seorang anak mencoba untuk menghajarku, aku akan memanggil mereka dengan kata-kata ‘sayang’ dan kemudian meneriakkan sesuatu yang seksual kepada mereka.”. Sebuah provokasi yang kerap kali berhasil.
Keahlian Matt dalam memprovokasi inilah yang kemudian tertuang ke dalam musik The 1975. Kadang musik The 1975 begitu memprovokasi, tak ragu untuk menyentuh isu-isu sensitif dan mereka sangat berani dalam melakukannya. Lagu “If I Believe You”, sebuah lagu yang bernafaskan gospel adalah gambaran dari hal yang selalu Matt pikirkan selama ini. Lagu ini menunjukkan keinginan Matt Healy untuk percaya kepada Higher Being karena dia selama ini merasa tak punya harapan dan terluka. Hal itu pula yang akhirnya menjadikan Matt sebagai pribadi yang sangat terobsesi dengan wanita dan perasaan dicintai.
“Aku sangat terobsesi dengan wanita, aku selalu merasa menemukan Tuhan dalam wanita.” kata Matt Healy kepada Rolling Stone. Bagi Healy, wanita adalah hal terdekat untuk dapat merasakan keilahian. Healy tahu bahwa ada lubang dalam dirinya, yang dia anggap sebagai sebuah lubang kematian dan untuk menuntup lubang tersebut Healy membutuhkan stimulus. Stimulus yang kemudian membuatnya sangat terobsesi kepada perasaan dicintai. Entah itu mencintai dirinya sendiri, Healy sangat suka mendengarkan suara dia sendiri, maupun dicintai oleh pria maupun wanita. “Aku bukan seorang biseksual, tapi ketika kamu merasakan ada orang yang mencintaimu, kamu akan merasakan perasaan terbaik yang pernah kamu rasakan.”.
Matt Healy tak diragukan lagi adalah seorang narsistik, dia mencintai dirinya sendiri, dia suka orang lain memperhatikan dia. Tapi di balik itu dia adalah salah satu orang yang paling tulus dalam perkataannya, bahkan Matt dengan percaya diri selalu meminta kita untuk jangan pernah meragukan ketulusan dirinya. Walau boleh dikatakan ketulusan tersebut seringkali memang membawa masalah bagi Healy, beberapa kali Matt harus berurusan dengan fans Justin Bieber maupun One Direction karena gaya bicaranya yang cukup ceplas-ceplos.
Termasuk di antaranya ketika dia mengutarakan ketidaksukaan terhadap musisi yang tidak menulis lagunya sendiri, dengan jelas Matthew memberikan pesan ini kepada semua musisi yang tidak menulis lagu mereka sendiri, “Kamu tidak bisa hanya memiliki suara yang bagus. Sampai kamu duduk dengan instrumen musik dan menyanyikan lagu yang kamu tulis sendiri. Aku menolak untuk tergerak karenamu.”.
Mungkin alasan itulah yang akhirnya menjadikan Matt Healy takut untuk mengkhianati dirinya sendiri. Seorang pemuda berusia 26 tahun asal Inggris, idealis dan menganggap fans The 1975 tidak mempunyai hak untuk mencintai dirinya. Pada suatu waktu, ada seorang wanita yang berteriak kepada Healy bahwa dia mencintai Healy. Matthew bukannya membalas dengan kata-kata yang manis, justru mengatakan, “Kamu tak tahu siapa diriku, aku mencintai kalian, tapi kalian tidak bisa mencintaiku.”. Terdengar egois memang, tapi begitulah dia. Sosok ceplas ceplos yang kadang tak selalu memikirkan apa yang sedang dia dikatakan.
Di samping itu Healy menganggap bahwa menjadi dirinya yang sepenuhnya adalah hal yang tidak bisa dia kompromi. Healy berkali-kali mengatakan bahwa jika dirinya ingin menangis, dia akan menangis, seolah tidak peduli dengan stigma yang kemudian dilekatkan kepada dirinya. Tapi justru dengan membuka diri yang selebar-lebarnya-lah Matt menjadi orang yang lebih memahami dirinya sendiri. Dirinya yang sebenarnya bukan yang difabrikasi untuk keperluan media.
Kesadaran akan diri sendiri adalah hal yang selama ini sangat dibanggakan oleh Matt Healy. Semuanya akan tampak ketika Healy merefleksikan tindakannya, “Aku tidak akan memberi tahu orang bagaimana mereka harus hidup, aku hanya ingin merefleksikan bagaimana aku hidup.”. Hal itu pulalah yang akhirnya menjawab kenapa Matt Healy takut untuk menjadi seperti Sting. Kita tahu bahwa Sting adalah seorang aktivis yang cukup aktif dalam persoalan hak asasi manusia. Menjadi aktivis yang aktif dalam memberi tahu bagaimana orang harus hidup jelas bukan preferensi utama Matt Healy.
“Kita tak punya keinginan lain selain mencapai potensi terbesar kita.” ungkap Healy mengenai masa depan The 1975. Sebuah potensi yang rasanya akan sangat ditentukan oleh Matt Healy sendiri.
Segala yang tersaji di The 1975 memang bisa dibilang adalah cerminan dari pribadi Matt Healy sendiri. Mereka glamor, idealis, intens, dan berani. Matt Healy juga dikenal sebagai orang yang memegang teguh filosofi dari pelukis terkenal, David Picasso. Dia percaya bahwa tidak ada ruang untuk demokrasi dalam karya seni. Kepada Billboard, dia sempat mengatakan, “Visi yang keluar dari satu orang akan lebih lezat dan padat. Menyebut diri sendiri sebagai seniman memang membuatku merasa jijik, tapi ini adalah karya seniku.”.
*Semua foto berasal dari dokumen pribadi The 1975
Tinggalkan Balasan