Untuk Tegan and Sara, keputusan memasuki ranah pop komersial seperti sudah tak dapat terelakan lagi. Album terakhir mereka Heartthrob, yang dirilis tahun 2013 lalu adalah sebuah rilisan pop yang dapat digambarkan sebagai sebuah pedang bermata dua, mereka sukses menambah kapasitas fanbase mereka, di sisi lain pendengar hardcore mereka sebelumnya justru kabur. Tak dipungkiri, rilisan tersebut memberi identitas baru untuk mereka. Dari indie pop darling menjelma menjadi sebuah duo teen pop yang berharap mampu mengambil sedikit potongan kue yang selama ini dikuasai oleh nama seperti Taylor Swift dan Ariana Grande.
Album ke-8 mereka, Love You To Death telah dirilis pada 3 Juni 2016 lalu melalui label milik Neil Young, yang juga menaungi musisi seperti Jason Yates dan Los Abandoned, Vapor Records. Album ini diproduseri oleh Greg Kurstin, seorang produser bertangan dingin yang sukses menelurkan lagu-lagu fenomenal dari artis seperti Ellie Goulding dan Adele. Dari judul album saja, kita sudah dapat menduga bahwa album ini akan berpusat pada tema cinta.
Tracklist:
1. That Girl
2. Faint of Heart
3. Boyfriend
4. Dying to Know
5. Stop Desire
6. White Knuckles
7. 100x
8. BWU
9. U-turn
10. Hang on to the Night
Salah satu hal yang sangat menonjol dari album ini adalah sound yang sarat dengan nuansa retro pop 80an. Entah ketika mereka memaksimalkan volume synth mereka atau ketika mereka mulai memasukkan program drum machine ke dalam lagu mereka. Memberi sebuah gambaran bahwa lagu-lagu di album ini mengajak kita untuk kembali merasakan masa 80an. Masa dimana sebuah disco ball menjadi sumber penerangan utama dan dentuman bass yang melapisi suara synth berdetak keras dari sound speaker.
Semua lagu di album ini cukup heavybanger, akan sulit untuk menolak ajakan Tegan and Sara mengikuti alunan lagu-lagu yang dikumandangkan. Single andalan mereka, “Boyfriend”, penuh dengan jebakan manis dalam wujud synth dengan efek chainsaw. Lagu ini seperti langsung meletus begitu saja ketika dimainkan dalam sebuah speaker yang dipasang dalam volume maksimum. Sound di album ini bombastis, flamboyan, dan juga sangat matang, menunjukan kapasitas Greg Kurstin dalam memproduksi sebuah rilisan pop.
Album ini seperti rilisan mereka sebelumnya, terdengar sangat personal dengan lirik yang berpusat kepada perasaan pribadi Tegan dan Sara kepada sosok pujaan. Yang menarik adalah bagaimana Tegan and Sara mulai berani dalam menunjukkan preferensi seksual mereka. Lagu “Boyfriend” misalnya adalah lagu yang membahas tentang cinta segitiga antara Sara, seorang wanita dan pacar prianya. Ketimbang melakukannya dengan perumpamaan, Sara justru menyanyikannya dengan gamblang seperti pada lirik “I don’t want to be your secret anymore.”.
Sejenak, kita akan langsung merasakan bahwa nilai terbesar album ini berada pada kualitas produksinya. Saya kira kita tak perlu meragukan bakat yang dimiliki Greg Kurstin sebagai produser, terbukti hasil produksinya telah menghasilkan beberapa penghargaan Grammy. Tapi rasanya tak adil jika kita tidak membicarakan betapa rapatnya produksi di album Love You To Death ini. Walau album ini sangat radio friendly, tak berarti mereka mengerjakannya dengan asal-asalan. Kita dapat menemukan beberapa heavy beat dan juga layered synth yang begitu banyak melapisi lagu mereka.
Walau begitu, saya pribadi merasa pembukaan album ini sedikit bland. Empat track pertama walaupun sangat menyenangkan, tidaklah menimbulkan kesan yang cukup mendalam. Baru ketika memasuki lagu “Stop Desire”-lah album ini memasuki zona panasnya. Lagu “Stop Desire” dan “U-Turn” adalah dua lagu yang tak bisa lewatkan dari album ini. Bombastis adalah kata yang tepat untuk mewakili dua lagu tersebut, menjadikan kedua lagu tersebut sangat stand out jika kita bandingkan dengan keseluruhan isi album.
Lagu lain yang berjudul “White Knuckles” juga tak boleh kalian lewatkan. Lagu ini adalah lagu semi ballad yang dikemas dalam balutan synth tebal dengan melodi yang menghipnotis. “White Knuckles” seharusnya bisa membuat Ultravox, band asal UK yang aktif di periode 80an cukup bangga. Lagu ini berisikan salah satu lirik paling catchy sekaligus paling depresif di album ini, “I cried wolf / Howled it at the moon / So luck be damned.“
Overall, rilisan ini sangat solid. Ini adalah sebuah album pop yang akan membuat kalian sejenak lupa bahwa kebanyakan rilisan pop jaman sekarang kurang berkualitas. Love You To Death mungkin tidak akan menarik kembali fans lama Tegan and Sara yang sudah mendengarkan mereka sejak So Jealous, tapi jelas album ini membuka banyak kemungkinan yang baru bagi mereka.
Go listen: “U-Turn”, “Stop Desire”, “White Knuckles”
Tinggalkan Balasan