Tak ada yang menyangkal nama besar Real Friends di skena pop punk modern saat ini. Citra sedih sudah sangat identik dengan mereka. Mereka telah sukses membangun sebuah ikatan batin yang kuat dengan setiap fans mereka yang ketagihan dengan lirik-lirik emosional bahkan cenderung sedih secara berlebihan. Tak dapat dipungkiri lagi, mereka telah menguasai the art of being sad, dengan sebuah gimmick yang berpotensi untuk dikenang sepanjang masa, bony knees and sleepy eyes.
Album pertama mereka, Maybe This Place.. telah mengantarkan mereka kepada sebuah dasar baru yang sangat stabil untuk dipijak. Meski mendapat respon yang cukup beragam, hal tersebut tidak menjadi masalah yang berarti bagi Real Friends. Fanbase mereka terus berkembang bahkan semakin bertambah setiap harinya, bahkan boleh dibilang band ini adalah salah satu band paling populer dari skena pop punk belakangan. Tahun 2016 ini, Real Friends merilis album kedua mereka dengan judul The Home Inside My Head yang mereka rilis melalui label yang juga merilis Maybe This Place.., Fearless Records.
Tracklist:
1. Stay In One Place
2. Empty Picture Frames
3. Keep Lying To Me
4. Scared To Be Alone
5. Mokena
6. Mess
7. Isolating Everything
8. Well, I’m Sorry
9. Basement Stairs
10. Door Without A Key
11. Eastwick
12. Colder Quicker
Mendengarkan single pertama mereka “Colder Quicker” menimbulkan optimisme terhadap album kedua mereka. Setelah album debut mereka yang bisa dibilang mengecewakan, Real Friends menjawab keragu-raguan itu dengan sebuah lagu yang menurut saya memiliki segala karakteristik yang Real Friends butuhkan untuk memperkenalkan album baru mereka. Ini adalah lagu yang sempurna untuk membungkam segala kritik yang ditujukan kepada mereka setelah Maybe This Place.., lagu ini mempunyai hook manis yang disokong oleh suara Dan Lambton yang walaupun sangat rough tapi memiliki timbre yang kualitasnya bisa disejajarkan dengan vokal milik Dan ‘Soupy’, vokalis dari The Wonder Years.
Saya kira sebuah perbandingan dengan The Starting Line memang tak bisa terelakan lagi. Sejak lagu pertama “Stay In One Place” dimainkan, kita langsung dapat menemukan sedikit persamaan antara Dan Lambton dengan Kenny Vasoli. Dua suara tersebut sama-sama mempresentasikan sebuah kejujuran dan terdengar sangat menawan. Lambton semakin berkembang dalam menyelami perannya sebagai frontman yang dapat diandalkan. Lambton juga menulis beberapa lirik di album ini, lagu “Colder Quicker” adalah sebuah testimoni dari kemampuan menulisnya dan saya rasa lagu tersebut adalah lagu terbaik di album ini.
Mereka juga seperti belajar dari pengalaman mereka di album sebelumnya, tiga lagu pembuka album ini adalah deretan lagu yang cukup menarik perhatian dengan fast paced, pop punk feels, dan anthemic chorus. Ketiga lagu tersebut mengingatkan kita semua bahwa Real Friends-lah yang menulis sebuah EP fantastis berjudul Put Yourself Back Together. Saya sendiri menyukai riff pada bagian interlude di lagu “Keep Lying To Me”, bagian tersebut berpotensi menjadi besar dan pasti akan menghadirkan keriuhan yang menarik ketika dimainkan langsung.
Sementara “Empty Picture Frames” adalah tipikal lagu summer jam yang sangat ringan dengan mindset gang bang vocal di bagian chorus. Saya rasa, kita perlu memberikan kredit terhadap Mike Green selaku produser dan juga co-writer lagu ini. Mike Green yang pernah menangani Paramore pada album All We Know Is Falling seperti tahu apa yang dibutuhkan Real Friends untuk album mereka tanpa terdengar pretensius. Selain “Empty Picture Frames”, Mike Green juga ikut menulis “Mess” dan “Colder Quicker”.
Walau aspek musikalitas mereka tak bisa dilupakan begitu saja, tak disangkal bahwa yang menjadikan Real Friends begitu personal bagi setiap fans mereka adalah lirik yang mereka tulis. Terasa menyegarkan ketika kita tidak harus mendengarkan setiap kata yang Kyle Fasel tulis karena di album ini Dan Lambton juga ikut menyumbang lirik di beberapa lagu seperti “Colder Quicker”, “Stay in One Place”, “Isolating Everything”, dan “Eastwick”. Hal ini penting karena harus diakui lirik yang Kyle Fasel tulis sering membuat saya mengernyitkan dahi, seakan lirik tersebut ditulis oleh orang paling malang sedunia, terlalu berlebihan dan cringey.
Namun apresiasi patut diberikan kepada Kyle Fasel, kita dapat melihat sebuah progres dari album Real Friends sebelumnya dalam hal penulisan lirik. Walaupun masih ada bagian yang mengundang ekspresi “Apaan sih?” seperti di “It’s just sad, oh it’s sad that you don’t even care at all” atau “I’m a rain cloud / And the sun is shining right through me”, Kyle juga menulis beberapa lirik yang sangat spot on seperti di lagu “Basement Stairs”.
Sedikit lucu juga ketika Kyle Fasel seperti memparodikan dirinya sendiri di lagu “Mokena”, tercatat di bagian lirik “I’m writing the same song over and over again” sempat membuat saya tertawa, mungkin di belahan sana Kyle juga sempat tertawa ketika membaca lirik ini. Oh ya penulisan Dan Lambton juga bukan tanpa cacat, beberapa lirik yang dia tulis, “I live in the middle of a lake / And I don’t know how to swim” menurut saya cukup cringe. Tapi mari kita sepakat untuk membiarkan hal tersebut sementara waktu.
Album ini punya beberapa track yang memang catchy, seperti “Colder Quicker”, “Mess”, dan “Basement Stairs”, tapi tak dapat dihindari pula bahwa album ini tidak merepresentasikan yang terbaik dari apa yang bisa dilakukan oleh Real Friends. Beberapa lagu tak bisa didengarkan, lagu seperti “Scared to Be Alone” dan “Mokena” adalah dua lagu yang menurut saya sebaiknya di-skip saja. Lagu tersebut gampang dilupakan dan jujur saja, saya langsung kehilangan mood ketika mendengarkan verse pertama dari kedua lagu tersebut. Padahal “Mokena” punya hal yang menarik di bagian post-chorus, hanya saja persepsi awal tadi sudah merusakkan pandangan saya mengenai lagu ini. Mereka terdengar seperti sedang memaksakan sesuatu untuk berhasil di bagian verse yang sayangnya justru menjadi bumerang.
Dibandingkan dengan Maybe This Place.., jelas The Home Inside My Head adalah sebuah perkembangan bagi mereka. Album ini dapat dinikmati, walaupun tidak mengesankan dan terkesan tercampur begitu saja. Terkesan juga mereka kurang berani melakukan eksplorasi yang lebih dalam terhadap musik mereka, sehingga tidak ada sesuatu yang bisa menarik saya untuk kembali. Real Friends juga masih berkubang dalam lingkaran bad poetry, beberapa lirik mereka terdengar personal, tapi saya kurang suka delivery yang mereka sajikan karena terkesan memaksa.
Walaupun begitu, harus diakui bahwa lagu “Colder Quicker” mempunyai mainstream appeal yang mampu menarik pendengar awam untuk mendengarkan lagu ini. Di luar daripada itu, saya kira perbandingan dengan The Starting Line memang cukup adil, mereka sama-sama punya lead single yang fantastis tapi secara garis besar, keseluruhan isi album tidak terlalu memukau.
Go listen: “Colder Quicker”, “Mess”, “Basement Stairs”
Tinggalkan Balasan