Tak dapat dipungkiri, band asal New Jersey ini adalah salah satu band yang pergerakannya tidak bisa disepelekan begitu saja. Mereka menginjeksi musik indie rock yang mereka mainkan dalam balutan post rock, menghasilkan sebuah bebunyian yang tidak hanya menyegarkan tetapi juga menghanyutkan. Album mereka sebelumnya Bloom and Breathe berhasil membawa mereka menjadi buah bibir bagi penikmat musik. Kedalaman musik yang mereka mainkan adalah sebuah hal yang sebanding ketika kita menghabiskan waktu kita untuk menekuni musik mereka.
Album kedua mereka Parallel Lives dirilis melalui label yang membawa mereka ke permukaan, Pure Noise Records. Salah satu yang menarik dari Pure Noise Records adalah mereka seringkali memberikan ruang kebebasan berekspresi bagi band yang mereka tangani. Tak terkecuali bagi Gates, mereka dibebaskan untuk mengembangkan musik mereka walaupun jika ditelaah secara lebih teliti sebenarnya musik mereka sedikit bertabrakan dengan band-band lain di Pure Noise Records.
Tracklist:
1. Forget
2. Habit
3. Eyes
4. Shiver
5. House & Home
6. Empty Canvas
7. Color Worn
8. Fade
9. Penny
10. Left Behind
11. Parallel Lives
Album ini dibuka oleh sebuah lagu berjudul “Forget”, tak dapat dipungkiri kita bisa langsung menemukan vibe dari Copeland di album Ixora maupun You Are My Sunshine sejak lagu pertama dimainkan. Musik mereka mengalun pelan, menyayat, dan khidmat, sesuatu yang cenderung baru bagi mereka setelah sebelumnya mereka memainkan musik yang cenderung dirty di Bloom and Breathe. Sejak menit pertama kita seperti dituntun untuk memasuki sebuah dunia baru, sebuah dunia yang penuh khayal dengan balutan twinkly gitar yang terdengar saling berdenting di gendang telinga kita.
Walau mengambil pendekatan yang lebih soft, Gates tetap tidak menghilangkan bagian gitar yang terdengar soaring. Seperti sebuah mercusuar yang berdiri tegak dan langsung menarik simpati, perpaduan yang menurut saya cukup dramatis dan menghasilkan ilusi sinematik. Salah satu bagian nyata dari itu berada di lagu “Eyes”, jika kita perhatikan mulai menit ke 3:15, kita akan menemukan sebuah bagian yang sangat atmosferik seperti menghantam langsung, yang anehnya justru terasa sangat manis.
Kekuatan album ini berada pada instrumen yang saling bergerak sebagai unit kohesif, menjadikan album ini sangat kaya dan seperti hidup dalam dunianya sendiri. Seperti yang telah disebutkan, bagian gitar dari Dan King dan Ethan Koozer benar-benar bersinar di album ini, menimbulkan ilusi bahwa semua yang ada di dunia ini baik-baik saja dan terasa indah. Ilusi yang cukup berbahaya karena jelas hal seperti itu tidak benar-benar nyata, namun hal itu juga menunjukkan kekuatan album ini. Parallel Lives mampu membawa kalian menghilang dari kenyataan untuk menemukan sebuah negeri dongeng yang Gates ciptakan.
Tema di album ini cukup dalam, bercerita mengenai berbagai pilihan hidup yang bisa dipilih. Salah satu lirik terbaik di album ini ada pada lagu “House & Home”. Setiap orang yang merasakan bahwa rumah tempat dia tinggal sekarang menjadi sepi tentu akan langsung bisa merasakan lirik di lagu ini menusuk sangat dalam. Bagian ini benar-benar menyentuh, ditambah dengan vokal Kevin Dye yang mengalun lembut dan sangat jernih, lagu ini adalah heartbreaker dan perlu nyali yang besar untuk mendengarkannya.
Berbeda dengan Bloom and Breathe yang lebih gahar, praktis Parallel Lives lebih banyak mengeksploitasi kelembutan dari Gates. Mereka juga memasukkan beberapa pengaruh musik radio tahun 90an, seperti di lagu “Shiver”. Lagu ini memiliki chorus yang sangat radio friendly, mengingatkan pada jaman keemasan band seperti Jimmy Eat World. Penutup lagu ini juga sedikit mind blowing, sangat tidak disangka-sangka, bagaimana mereka menginfus pengaruh elektronik untuk melapisi chorus terakhir benar-benar memuaskan dan menyihir.
Favorit saya di album ini adalah “Empty Canvas”. Saya menyukai dinamika lagu ini dan bagaimana lagu ini mempunyai kesan yang sangat manis dari awal hingga akhir lagu. Salah satu bagian paling saya sukai adalah bagian menit ke 3:05 yang mempunyai gaung seperti di musik milik Appleseed Cast. Bagian ini benar-benar menyihir dan terasa bukan dari dunia ini, membuat saya sempat merinding karena menurut saya sangat indah. Ini membawa saya merasakan sebuah pengalaman adiluhung yang sangat bernilai dan berkesan.
Lagu lain yang tak boleh disepelekan adalah “House & Home”, lagu ini selain memiliki tema yang dalam juga memiliki melodi yang indah. Semua di lagu ini terasa sangat menenangkan, dari petikan gitar hingga tabuhan perkusi, semuanya mengakomodasi Kevin Dye untuk menceritakan makna lagu ini secara mendalam. Seperti yang telah disebut, lagu ini adalah heartbreaker dan justru di situlah letak keistimewaan lagu ini.
Walau terasa sempurna, album ini seperi kekurangan power yang mereka tampilkan di album mereka sebelumnya Bloom and Breathe. Hal tersebut memang bisa dimaklumi mengingat mereka benar-benar mengambil arah yang berbeda untuk album ini. Vokal Kevin Dye, walau sangat jernih dan menawan di album seperti kehilangan suatu nyawa dan grit yang dia tonjolkan di album sebelumnya. Hal tersebut tak dibantu dengan beberapa bagian yang terdengar sedikit malas, sehingga beberapa lagu menjadi mudah dilupakan dan tak mampu meninggalkan kesan yang dalam.
Parallel Lives membawa Gates ke arah yang sedikit berbeda dari trajektori awal mereka. Ketimbang meneruskan awal yang sebenarnya sudah sangat solid, mereka memutuskan untuk merombak ulang nyawa dari musik mereka. Album ini solid, masih mempunyai kesan haunting dan atmosfer yang kuat dari karakter awal mereka, walau perlu diakui seperti kekurangan tenaga. Pertanyaannya yang kemudian muncul, kapan baiknya kita mendengarkan album ini? Well, malam hari, di tengah kesunyian dan lampu yang temaram adalah saat yang paling tepat untuk menemukan nyawa dari Parallel Lives.
Go listen: “Empty Canvas”, “House & Home”, “Shiver”
Tinggalkan Balasan