Ada satu hal yang perlu saya ceritakan kepada kalian mengenai album ini. Ketika saya mendengarkan album ini untuk pertama kalinya sekitar 5 hari yang lalu, saya tidak begitu menikmatinya bahkan bisa dibilang saya tidak memahami album ini. Tapi rasa ingin tahu saya terhadap album ini begitu tinggi, mulai dari pemilihan judul yang menarik dan juga kemungkinan album ini untuk menjadi album yang sangat personal bagi Modern Baseball. Sampai akhirnya saya mempunyai pikiran untuk kembali mendengarkan album ini. Keputusan yang tidak saya sesali, baru di pendengaran kedua lah akhirnya saya menemukan esensi dari album ini. Album ini menurut saya, secara sepintas terdengar sangat dalam.
Sebelum album ini dirilis, ada sebuah dokumenter yang mereka rilis dengan judul Tripping In The Dark. Dokumenter mereka itu menceritakan sebuah kisah yang menurut saya sangat penting, baik untuk mereka sendiri maupun untuk kita semua pendengar Modern Baseball. Ada sebuah kisah yang benar-benar menyentuh hati saya waktu itu, yaitu ketika Brendan Lukens, salah satu vokalis mereka mencoba untuk bunuh diri sampai suatu pesan singkat dari Jake Ewald membuat Lukens mengurungkan niatnya. Saya kira, itu bukan suatu kebetulan, seperti ada sebuah kekuatan transendental yang turut bekerja dalam menggagalkan rencana bunuh diri Brendan Lukens. Mungkin itulah alasan pemilihan judul Holy Ghost, walau saya bisa saja salah.
Tracklist:
1. Holy Ghost
2. Wedding Singer
3. Note To Self
4. Mass
5. Every Day
6. Hiding
7. Coding These To Lukens
8. Breating In Stereo
9. Apple Cider, I Don’t Mind
10. What If..
11. Just Another Face
Album ini dibuka dengan sebuah track yang menimbulkan kesan haunting. Kelam, sangat kelam begitu saya mendengar lagu ini, track pertama berjudul “Holy Ghost” ini adalah sebuah pembuka dan seakan sebuah ucapan pembuka bahwa apa yang akan kalian dengarkan mungkin tidaklah menyenangkan. Lagu ini juga sedikit menggantung, seakan belum mencapai klimaks tapi sudah harus berganti dengan track “Wedding Singer” yang terkesan sedikit lebih cerah dengan pemilihan melodi yang sedikit menyenangkan. Sebuah perpindahan emosi yang cukup tiba-tiba dan memaksa bagi saya, tapi itu tidak masalah karena begitu memasuki lirik, keceriaan lagu “Wedding Singer” ini mampu diimbangi dengan susunan kalimat yang membuat kita dapat menangkap bahwa Jake Ewald tidak sedang dalam kondisi ceria ketika menulis ini.
Satu hal yang langsung mencuri perhatian saya adalah bagaimana Jake Ewald bernyanyi selayaknya Jake Ewald. Dalam beberapa bagian, justru terdengar bahwa Jake Ewald tidak bernyanyi tapi memang benar-benar berbicara. Memberi kesan bahwa Modern Baseball ini memang memiliki tujuan untuk menceritakan apa yang mereka rasakan, sesuai dengan tujuan awal mereka bahwa band ini adalah sebuah jurnal kehidupan yang mereka tulis sendiri.
Holy Ghost ditulis dalam dua bagian, bagian pertama diisi oleh Jake Ewald sementara bagian kedua diisi oleh Brendan Lukens. Ketika saya mendengarkan album ini, memang saya merasakan ada dua topik yang berbeda yang mereka coba ceritakan. Setelah saya dengarkan beberapa kali, baru saya mengerti bahwa baik cerita, musik, maupun emosi dari dua bagian ini memang berbeda. Seolah ada dua nyawa di album ini, satu cerita Jake Ewald tentang seseorang terdekatnya, dimusikalisasikan dengan lagu-lagu yang saya rasa lebih berwarna, bermakna dan lebih terstruktur dalam penulisannya.
Sementara itu bagian Brendan Lukens dibuka dengan gebrakan langsung yang seolah menggambarkan kondisi Lukens tengah porak-poranda. Lukens lugas, tak basa-basi, dia hanya ingin berbicara tentang apa yang dia rasakan, apa yang dia ingin lakukan, tentang dirinya. Jika kita perhatikan, kelima lagu yang Brendan Lukens tulis kebanyakan hanya berdurasi 1-2 menit saja. Tidak banyak pula pengulangan bagian, pengulangan lirik, jika Brendan merasa sudah tidak ada yang ingin dia ceritakan, dia akan berhenti, tidak peduli meskipun lagu sudah mulai memasuki klimaks, seperti pada lagu “Coding These To Lukens” maupun “Breathing In Stereo”.
Brendan mencapai puncak kejeniusannya dalam menulis lirik maupun lagu di “Apple Cider, I Don’t Mind” yang sangat commanding tapi juga sangat catchy. Saya rasa ini adalah lagu terbaik yang pernah Brendan Lukens tulis, lagu ini memiliki dinamika yang sangat unik dan lirik yang sangat dalam, bercerita tentang bagaimana Brendan Lukens kehilangan orang yang berarti bagi dia karena masalah saling percaya. Ini adalah katarsis bagi Brendan Lukens sendiri dan sebagai tempat untuk kembali ketika hal yang sama mungkin terjadi lagi.
Satu yang cukup menarik, bagian dari Jake Ewald dan juga Brendan Lukens ditutup dengan cara yang sedikit sama, dengan semarak. Bedanya adalah Jake masih perlu sedikit pemastian untuk mencapai kemenangan itu, sementara Brendan seperti sudah siap menggapai ketenangan batinnya sejak detik pertama “Just Another Face” dimainkan. Di lagu terakhir, Brendan akhirnya membiarkan lagunya menjadi lebih tertata dengan struktur yang jelas, termasuk di antaranya dengan bridge yang memukau dan chorus yang tak kalah mematikan dan super easy listening. Meski tidak menolak bahwa Brendan masih berhenti dengan sesuka hati, bahkan ketika atmosfer lagu mulai memenuhi hati kalian seperti di chorus terakhir “Just Another Face”.
Sementara itu, lagu “Hiding” adalah lagu terkuat di album ini. Lagu ini menggetarkan dengan cara yang susah diungkapkan kata-kata. Getaran itu mungkin datang dari suara sayatan biola, mungkin juga datang dari finger-picking guitar yang mengawal setiap bait lagu ini. Sampai akhirnya lagu ini memuncak dengan sebuah bebunyian berisik di background, seolah menggambarkan bahwa ada sesuatu baru yang bisa digapai oleh Jake Ewald. Jujur saja, pada bagian ini tak terasa air mata saya ikut menetes. Saya seperti sedang menyoraki Jack Ewald untuk mengejar apa yang bisa dia batalkan dan ketika Jack selesai menyanyikan bagian itu, seperti ada rasa lega yang keluar.
Percayalah, meskipun saya tidak banyak membahas mekanik dari album ini, tapi kemampuan bermusik mereka sangat baik. Saya sendiri suka dengan suara bass yang sangat punchy di beberapa lagu dan juga drum yang di beberapa bagian terdengar ala groove dengan sedikit permainan open hi-hat. Perlu juga untuk diakui, meski lebih straight forward dan tidak metodologikal, beberapa hook yang Lukens tulis sangat-sangat menarik dan berpotensi untuk menghadirkan koor masal dari penonton ketika dimainkan secara live. Sedikit berbeda dengan pendekatan yang Jack Ewald lakukan, Ewald seperti ingin mengeksploitasi emosi dengan cara yang lebih metodologikal, sementara Brendan Lukens seperti ingin mencurahkan secara langsung apa yang dia miliki, tak peduli dengan cara yang bagaimana.
Setelah membaca semua lirik di album ini, saya seperti menemukan sebuah koneksi yang saya rasa cukup masuk akal kenapa mereka menetapkan Holy Ghost sebagai judul album mereka. Menurut saya pribadi, track pertama “Holy Ghost” hanyalah sebagai pengantar, ini tampak pada lirik terakhir track pertama, “But this time my holy ghost is hovering over me / And I am passed out on the floor” yang langsung dipotong begitu saja dengan “Wedding Singer”. Ini seperti ketika Jack pingsan, dia langsung terbangun di dunia yang sama sekali baru, digambarkan dengan perbedaan gaya lagu yang demikian terlihat antara “Holy Ghost” dan “Wedding Singer”.
Mungkin selama track kedua sampai track ke-11 ini, Jack maupun Brendan sedang mengeksplor alam bawah sadar mereka, mencoba menemukan jawaban dari apa yang mereka cari. Sampai akhirnya di track 11, “Just Another Face”, Brendan Lukens berkata dengan penuh optimisme bahwa dia telah siap untuk menghadapi ini (realita) secara langsung, “If it’s all the same, it’s time to confront this face to face / I’ll be with you the whole way. It’ll take time, that’s fact / I’m not just another face, I’m not just another name / Even if you can’t see it now, we’re proud of what’s to come, and you.”.
Album Holy Ghost ini benar-benar menghabiskan tenaga dan mengobok-obok emosi. Mereka seperti sudah menguasai cara story telling yang efektif, saya bisa merasakan sedikit perasaan getir dalam kandungan lirik yang mereka tulis. Perasaan ketika saya mendengarkan album ini sedikit aneh, susah untuk saya ungkapkan, tapi sangat memuaskan, bahkan saya ingin mengalaminya lagi.
Go listen: “Hiding”, “Apple Cider, I Don’t Mind”, “Just Another Face”
Tinggalkan Balasan