Kalian semua tentu memiliki satu peristiwa yang membuat kalian berkata “No way” atau “Holyshit!” ketika kalian mendengarkan sebuah lagu, entah lagu apapun itu pasti ada satu lagu yang benar-benar mencuri perhatian kalian pada pendengaran pertama. Belum lama ini saya mengalami pengalaman yang demikian ketika saya mendengarkan chorus dari lagu “Somebody Else” milik The 1975, tapi beberapa bulan sebelum itu saya memiliki pengalaman sonik yang sangat menyenangkan ketika untuk pertama kalinya saya mendengar suara Julien Baker mengalun di ruangan saya. “No way” itu kata-kata pertama saya, impresi pertama saya tentang Julien Baker waktu itu adalah dia ini otentik sekali.
Julien Baker baru berusia 20 tahun ketika album debutnya Sprained Ankle dirilis oleh 6131 Records, tapi umur tak pernah menjadi masalah ketika yang kita bicarakan adalah soal kreativitas dan kejujuran. Jika kalian mendengarkan Sprained Ankle, kita bisa mendengar bahwa Julien Baker ini tidak berusaha membuat kalian terkesan dengan pemilihan melodi yang indah, musik yang rumit, maupun teknik menyanyi yang terpoles dengan matang. Musik Julien Baker menggambarkan sebuah kejujuran dalam berekspresi, kepolosan, dan pengalaman Julien yang ingin dia sampaikan kepada kita semua. Seolah-olah Julien tidak peduli jika musiknya ini tidak laku, bagi dia sudah cukup untuk bisa bercerita melalui musik yang dia mainkan.
Satu hal yang menarik untuk dibicarakan tentang Julien Baker adalah dia tidak begitu peduli dengan perkembangan smartphone. Salah satu cerita yang sedikit lucu adalah ketika Julien mesti membeli sebuah smartphone baru, saat itu Julien berbicara dengan orang di Verizon dan meminta handphone paling simpel yang mereka jual, bahkan Julien tidak percaya ketika dia diberi sebuah smartphone paling lama. Bagi Julien, yang membenci iPhone, saat ini konsumen sudah didikte dalam menentukan pilihan, dalam hal ini pilihan trend smartphone. Julien merasa kita tidak perlu untuk mengikuti trend tersebut.
Sikap yang bisa dibilang sedikit membangkang dan tidak mau diatur itu pulalah yang akhirnya mempengaruhi penulisan lirik dari album Julien Baker. Banyak lagu Julien yang berisi tentang percakapan langsung dengan Tuhan. Menariknya, Julien pernah mengalami fase kekecewaan yang mendalam dengan Tuhan. Secara jujur, Julien Baker merasa jengah dengan berbagai saran yang meminta dia untuk berdoa ketika memiliki masalah dengan harapan keadaan menjadi lebih baik. Julien menganggap bahwa hal tersebut sudah basi, meski Julien juga tak menolak bahwa dia tau Tuhan selalu mendengarkan dia, seperti dalam lirik “Rejoice”, “I think there’s a God and he hears either way / When I rejoice and complain.”.
Tema yang cenderung gelap dan tak jauh dari krisis iman ini membuat saya sempat bertanya-tanya, “Apa benar dia baru 20 tahun?” Saya akui penulisan lirik Julien Baker ini benar-benar cerdas, otentik, dan membuat saya antusias dalam mengikuti tiap kata yang dia nyanyikan. Sehingga seolah-olah saya mengenali sosok Julien Baker dengan sangat dekat setelah mendengarkan album ini secara penuh. Pembawaannya lugas, tanpa banyak basa-basi, seperti ketika dia mempertanyakan keberadaan Tuhan dalam lagu “Rejoice”. Di lagu ini, Julien seperti sedang mewakili jutaan suara yang terus berteriak dengan pertanyaan yang sama tiap hari, Julien tak takut untuk mencurahkan emosinya.
Julien Baker tentu tidak langsung cemerlang begitu saja, ada fase-fase yang akan selalu dia ingat dalam perjalanan awal bermusiknya. Salah satunya adalah bagaimana dia sangat gugup ketika tampil di hadapan banyak orang. “Semua orang sangat tenang, ketika kalian bermain di sebuah bar dimana banyak orang saling berbicara, kau tau bahwa tidak ada yang peduli, sehingga aku bisa bilang, “Okay nggak masalah kalau aku main jelek.” Ketika keadaan tenang dan semua fokus kepadamu, aku menjadi sedikit khawatir.” Kata Julien kepada The Verge beberapa waktu yang lalu. Meski Julien tidak asing dengan kondisi tenang, Julien pernah bergabung dengan pemusik gereja, Julien merasa dirinya merasa awkward ketika semua fokus kepada dia. Hal ini kadang dia lawan dengan mengeluarkan lelucon yang mengolok-olok dirinya sendiri, tapi biasanya langsung dia tarik kembali karena dia sadar leluconnya sangat aneh.
[pullquote align=”left” cite=”” link=”” color=”” class=”” size=””]“I think there’s a God and he hears either way”[/pullquote]Julien Baker sebenarnya mengharapkan orang yang mendengar dia bernyanyi ikut bernyanyi, Julien sendiri mengaku bahwa tumbuh dengan mendengarkan musik pop punk membentuk mindset dia bahwa bagian vocal gangbang adalah bagian yang menyenangkan. Tapi kenyataannya sangat sedikit sekali orang yang ikut bernyanyi ketika menonton konser dia. “Kadang ketika aku melihat ada orang yang ikut bernyanyi walaupun lirih, aku sangat senang, itu adalah hal yang sangat indah bagiku.”.
Materi Sprained Ankle ini banyak yang ditulis dalam sebuah ruang kecil di salah satu ruangan kampus Julien Baker. Di tempat inilah Julien Baker banyak menghabiskan waktunya, dengan bermain gitar, piano, dan juga menulis lagu, bahkan terkadang sampai pukul 2 dini hari. Hanya dengan demikianlah Julien bisa menulis lagu, “Aku tinggal dalam sebuah dorm, tidak ada privasi. Selalu saja ada orang yang duduk di sudut tertentu setiap waktu, aku tidak bisa menulis lagu.”. Mungkin boleh dikatakan menulis lagu bagi Julien ini sudah sama seperti menulis sebuah diari, bedanya Julien merekam setiap kejadian dan perasaan yang dia rasakan di dalam balutan melodi.
“Waktu kuliah, aku hanya punya seorang teman saja.”, Julien Baker bercerita bagaimana hal ini justru membantu dia dalam mencurahkan seluruh emosinya. Julien tidak punya teman, tidak punya kegiatan yang dilakukan, satu-satunya hal yang bisa mengatasi kesendiriannya hanyalah dengan bermain musik. Ini pula yang mungkin menjadi alasan kenapa Sprained Ankle ini terdengar sangat intim, seakan Julien Baker memang mengkhususkan lagunya untuk dirinya dan setiap orang yang mendengarkan. “Aku hanya menulisnya (Sprained Ankle) untuk diriku sendiri, untuk mengeluarkan yang ada di dalam diriku.”. Keintiman itulah yang akhirnya membuat saya sadar bahwa Sprained Ankle ini tidak bisa didengarkan ketika kalian sedang berada pada suatu kerumuman, ini adalah album yang sebaiknya kalian dengarkan waktu kalian sendiri dan bersiaplah dengan perjalanan emosi yang mungkin akan kalian lalui.
Niatan yang seperti itu pula yang akhirnya menggerakkan Julien Baker untuk menempatkan album Sprained Ankle secara mandiri ke platform bernama Bandcamp, tanpa bantuan label pada pertama kali. Sampai akhirnya 6131 Records menghubungi dia untuk menawarkan bantuan dalam perilisan Sprained Ankle, hasil dari kerjasama ini membuahkan hasil manis ketika lagu Julien Baker berjudul “Something” dipublikasikan di media nasional, NPR. Julien sempat merasa gugup dengan hal itu, diakui dia sedikit malu dan protektif dikarenakan begitu intimnya lagu yang dia tulis. Hal ini mulai bisa dikendalikan Julien seiring berjalannya waktu, “Keadaan mulai membaik ketika aku mulai memainkan lagu itu di depan orang-orang, kemudian aku sadar bahwa aku menulis lagu ini sebagai sebuah karya seni.”.
Publikasi yang dia terima dari NPR itu seperti sebuah permulaan yang baru bagi Julien Baker. Banyak publikasi internasional yang mulai mengulas Sprained Ankle, bahkan banyak yang menganggap album ini sebagai jajaran album terbaik selama tahun 2015. Sprained Ankle juga mencapai nomor 25 dalam Billboard Heatseeker, tentu itu sebuah pencapaian yang luar biasa untuk seorang yang baru saja genap berusia 20 tahun dan belum dikenal sama sekali.
Saya sendiri setuju dan percaya bahwa seniman yang hebat adalah seniman yang mampu membuat audiens terkoneksi dengan karyanya, Julien Baker memenuhi kriteria tersebut. Sprained Ankle ini seperti sebuah metafora dari kehidupan Julien Baker sendiri dan justru di situlah daya tariknya. Julien Baker dengan jujur dan polos menceritakan permasalahan yang dia hadapi, bahkan dia tak malu untuk bercerita saat paling kelam yang pernah dia hadapi. Sehingga bisa menjadi katarsis untuk diri saya sendiri dalam upaya menjadi orang yang lebih manusiawi.
Selesai menulis ini, ada perasaan lega dalam diri saya. Ini adalah bentuk ekspresi yang sangat jujur, sebuah karya yang memang keluar dari hati. Hanya dengan mendengarkan Sprained Ankle, saya seakan bisa mengenal pribadi Julien Baker secara dekat, meski belum pernah bertemu dan hal itu berawal dari kejujuran Julien Baker dalam mengeluarkan isi hatinya.
Tinggalkan Balasan