Written in

by

Tak perlu malu untuk mengakuinya, banyak dari kita yang dengan lantang menyerukan bahwa ini jamannya emo revival ketika banyak band-band veteran macam Taking Back Sunday, Saosin, sampai The Used kembali dengan materi terbaru mereka. Mungkin kalian salah satunya? Well nggak usah malu buat mengakuinya, hampir semua orang ngelakuin hal tersebut kok. Pertanyaan yang sempat terngiang di pikiran saya, benarkah demikian? Memang selama ini emo mati ya?

Saya sendiri termasuk anak yang tumbuh di jaman band seperti Taking Back Sunday lagi di puncak-puncaknya. Praktis hampir tiap hari saya dengerin tuh lagu “Make Damn Sure” diputar di radio lokal dan gara-gara hampir tiap hari terpapar, mau nggak mau alam bawah sadar saya mulai mengingat lagu Taking Back Sunday itu terus menerus. Jadi wajar ketika akhirnya Taking Back Sunday ngerilis Happiness Is… tahun 2014 lalu saya sempet ikut bungah, ditambah lagi dengan kabar bahwa Anthony Green kembali bergabung dengan Saosin. “Wah emo ngangkat lagi nih.” pikir saya waktu itu.

Musik emo sendiri memang mencapai puncak kejayaan sekitar 16 tahun yang lalu. Beriringan dengan meledaknya pop punk di media mainstream, musik emo juga kena getahnya. Banyak band emo, sebut saja Jimmy Eat World, Saves The Day, sampai Dashboard Confessional yang akhirnya beroleh kesempatan buat pamer musik mereka secara lebih luas. Saya sendiri merasa kejayaan musik sidestream ini ada hubungannya dengan meledaknya MTV juga.

Apa sih yang bikin MTV begitu sukses mengangkat band-band sidestream di jaman itu? Bisa dibilang MTV sudah ngasih kesempatan buat band-band yang sebelumnya dianggap kalah ‘kelas’ dengan band-band seperti Coldplay sampai Linkin Park buat unjuk gigi. Baru saja saya mengecek MTV Music Award tahun 2000 dan saya cukup kaget bagaimana Blink-182 mengalahkan nama seperti Foo Fighters, Red Hot Chili Peppers, dan Destiny Child untuk kategori “Best Group Video”. Walau nggak langsung, saya yakin pasti hal itu berpengaruh terhadap pandangan masyarakat tentang musik seperti pop punk, indie rock, sampai emo.

Sebagai contoh saja Jimmy Eat World, band yang sampai sekarang dikenal dengan lirik patah hati dan kelam ini baru menggapai kesuksesan komersial mereka pada 2001, tepatnya setelah album Bleed American dirilis. Padahal rilisan mereka sebelumnya, Clarity yang dirilis pada tahun 1999 ditahbiskan sebagai “The Led Zeppelin-nya emo”. Berbagai tanggapan positif itu tidak ada gunanya, karena pada dasarnya beberapa media besar seperti Pitchfork baru menganggap album Clarity sebagai masterpiece bukan pada tahun waktu album tersebut dirilis. Sebagai perbandingan, album Clarity ini tidak begitu sukses secara komersial karena tenggelam dengan gemerlapnya teen pop yang dipopulerkan oleh nama-nama seperti Britney Spears sampai Backstreet Boys pada masa itu.

Lucunya, setelah Blink-182 sukses menggondol penghargaan prestigius dari MTV tersebut, album Bleed American dari Jimmy Eat World langsung meledak dan diterima secara luas bahkan menyandang status platinum di Amerika dan Kanada. Tentu masih terlalu dini untuk menyebut kesuksesan salah satu band paling ikonik di skena emo ini gara-gara kemenangan Blink-182. Bahkan saya kira itu hanya kebetulan saja kok, karena mau nggak mau kita mesti melihat lebih jauh ke belakang lagi, dimana Green Day, Weezer dan The Offspring sudah memulai tren tersebut.

Sekarang mari kita berbicara mengenai Sunny Day Real Estate. Band ini muncul pertama kali waktu Nirvana membawa musik underground meledak dan membuat orang-orang bangga menyebut mereka sebagai fans musik underground/independent. Beberapa waktu yang lalu, Rolling Stone mengeluarkan sebuah daftar album emo terbaik sepanjang masa dan Rolling Stone menempatkan album debut Sunny Day Real Estate, Diary sebagai album emo terbaik. Tapi bagaimana secara komersial ya? Apa album ini berhasil menendang mitos bahwa album yang sangat bagus tidak bisa menjual banyak?

Album Diary yang dirilis tahun 1994 sendiri disebut sebagai album tersukses yang pernah dirilis oleh Sub Pop Records, total terjual lebih dari 230ribu kopi, tapi kita mesti melihat sebuah fakta bahwa status 230ribu kopi itu baru tercatat pada tahun 2008. Artinya secara komersial, album Diary ini tidak bisa menyentuh penjualan Bleed American milik Jimmy Eat World yang dirilis pada 2001.

Sekarang kita bandingkan dengan album emo yang dirilis sesudah tahun 2000, Tell All Your Friends (Taking Back Sunday), The Places You Have Come to Fear the Most (Dashboard Confessional), self-titled (The Used), sampai Three Cheers For Sweet Revenge (My Chemical Romance). Keempat album itu berhasil meraih setidaknya sertifikat gold, bahkan untuk album Three Cheers For Sweet Revenge berhasil meraih platinum. Bisa jadi kesuksesan album tersebut secara komersial salah satunya dipengaruhi oleh jumlah airtime yang mereka dapatkan melalui MTV. Saya di sini lagi-lagi tidak mau berspekulasi bahwa kemenangan Blink-182 di MTV Award tahun 2000 adalah biang keladinya. Yang jelas, kesuksesan Blink-182 itu membuka mata produser dan juga pelaku media bahwa emo ini memiliki pasar potensial yang luar biasa besar dan ternyata memang benar.

Praktis kejayaan emo ini bisa dibilang berlangsung dari tahun 2000 sampai 2007. Meski mengalami kemerosotan, penikmat musik emo ini sepertinya loyal. Sejarah mencatat bagaimana Dashboard Confessional mampu mengisi penuh Madison Square Garden, salah satu venue paling prestisius di dunia, pada tahun 2006, bersamaan dengan perilisan album ke-4 mereka Dusk and Summer yang juga bersetifikat gold. Setelah tahun 2007, nama emo mulai jarang dibicarakan. Ya saya kira itu hal wajar, mungkin pasar mulai jenuh dan penikmat utama emo yang pada tahun 2000an awal masih berada pada usia tanggung sudah mulai mencapai kestabilan emosi. Nggak ada lagi waktu buat nggerus (istilah yang sering digunakan di Jogja yang mengacu kepada keadaan dimana ingin merasakan kesedihan).

Karena itu pula saya rasa cukup beralasan ketika akhirnya kita semua berteriak “Ini jaman emo revival” ketika Taking Back Sunday tahun 2011 memutuskan untuk merilis materi baru. Ya wajar, TBS dsb itu kan band yang sangat populer di masa kejayaan emo, jadi waktu TBS mengeluarkan album baru, kita dibawa kepada ingatan kita di jaman 2000an awal dimana musik emo itu musik yang hampir setiap hari kita dengarkan. Sehingga kita berkeyakinan bahwa memori manis kita terhadap masa itu dapat kembali lagi karena salah satu fragmen pembentuk memori itu mengumumkan bahwa mereka telah kembali.

Namun kenyataan berkata lain, album 2011 Taking Back Sunday ini ternyata kurang berhasil membawa emo kembali ke permukaan. Belum lagi diperparah dengan bubarnya band seperti My Chemical Romance dan berpindahnya Fall Out Boy serta Panic! At the Disco ke pakem yang lain. Gaung emo revival yang kita kobar-kobarkan itu akhirnya tidak pernah benar-benar terjadi walaupun setiap tahun kita disuguhi berbagai artikel yang menjelaskan kenapa emo revival akan segera terjadi. Faktanya hal itu tidak pernah terjadi.

Jika kita kembali melihat sejarah, sebenarnya ada satu hal yang perlu kita cermati. Jauh sebelum musik emo itu mendunia, band-band seperti Jimmy Eat World, Dashboard Confessional, sampai Saves The Day sebenarnya sudah menggembleng diri mereka masing-masing di skena lokal mereka. Bisa dibilang fanbase mereka waktu itu sudah solid walau masih sedikit, sehingga ketika kesempatan itu datang mereka tanpa gagap berhasil menggapainya dan hasilnya bisa dilihat sendiri pada 2000an awal.

Sekarang fenomena serupa sedang terjadi. Band-band macam Pianos Become The Teeth, The World Is Beautiful Place & I Am No Longer Afraid To Die, Into It. Over It, sampai The Hotelier sedang membuat ‘keributan’ di skena lokal sana dan fanbase mereka itu solid sekali. Apa band ini yang akhirnya memulai emo revival? Bisa jadi, tapi jika industri musik mengikuti pola yang sama, tentu dibutuhkan sosok katalis yang dapat mempercepat hal ini, bisa saja beberapa tahun lagi, bisa saja hal itu memang tidak akan terjadi lagi.

Lalu masih setujukah kalian dengan istilah emo revival yang sekarang seperti lagi rame dibicarakan? Jika mencermati reaksi orang-orang dalam menanggapi berita Saosin, saya rasa itu bukanlah revival yang sesungguhnya, tapi tidak lebih hanya sekedar emo nostalgia sama seperti tahun 2010 atau 2011 yang lalu. Kenapa emo nostalgia? Karena pada dasarnya banyak orang yang menjadi antusias karena mendengar band yang dulu pernah mengisi hari-hari mereka kembali lagi. Saya rasa, mereka antusias terhadap memori mereka sendiri, bukan terhadap emo secara keseluruhan.

Adam Lazzara (Taking Back Sunday) sendiri nggak setuju dengan istilah emo revival karena Adam menganggap bahwa emo memang belum pernah mati. Kita mengamini hal tersebut, tapi bagaimana jika revival yang dimaksud adalah revival yang membawa emo kembali ke masa 2000an awal? Well..

Jika memang dugaan saya benar, yang kita butuhkan hanyalah seorang/sekelompok katalis yang mampu menciptakan revival tersebut. Bisa jadi itu Blink-182, bisa jadi itu The Hotelier, bisa jadi itu Saosin, bahkan nggak menutup kemungkinan itu adalah 5 Seconds of Summer.

Artist

Genre

Year

Country

Categories

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *