Sebelumnya, mungkin masih sedikit yang belum familiar dengan nama Forever Came Calling. Ya itu wajar sih, situasinya sama seperti tahun 1993 lalu saat Blink-182 baru aja mulai karir mereka atau Paramore di tahun 2005 dimana waktu itu tentu belum banyak yang membicarakan betapa enerjiknya Hayley Williams ketika di panggung. The greatest thing happens when you least expect it, itulah yang biasanya tertulis di quote-quote path yang sering banget berseliweran di timeline. Ya memang nggak ada yang nyangka kalo Blink-182 dan Paramore bisa sebesar sekarang, bahkan Tom DeLonge dalam wawancara terakhirnya bersama Diffuser juga sampai sekarang masih nggak percaya Blink-182 bisa sampai sejauh ini. Oke balik ngomongin Forever Came Calling, sebenarnya siapa mereka sampai redaksi kami sepakat menyebut Forever Came Calling sebagai band yang harus diperhitungkan.
Nggak banyak cerita tentang band ini, nggak ada aksi lari-lari telanjang ala Blink-182 atau 1000 warna rambut ala Hayley Williams, bisa dibilang Forever Came Calling ini band yang lempeng-lempeng aja. Istilahnya mereka cuman pengen main musik dengan casual. Penampilan personel mereka-pun jauh dari kesan superstar, mereka juga sepertinya tidak akan menjadi pioneer dalam fashion tertentu. Singkatnya mereka ini sebenarnya hanyalah band yang biasa-biasa aja, tapi itu kalo kalian belum denger musik mereka.
Di balik kesuksesan Blink-182, tentu ada sebuah fakta yang rasanya bisa dikait-kaitkan. Ada sebuah formula ‘what makes them great’ yang mungkin bisa kalian temukan. Formula yang sebenarnya tidak ilmiah, namun bolehlah dijadikan pegangan. Ya paling nggak kita jadi taulah apa yang kemudian membedakan band kebanyakan dengan band extraordinary macam Blink-182, Paramore, Fall Out Boy, sampai A Day to Remember. Apa formula itu ada di Forever Came Calling?
Hal utama yang kemudian dengan cepat memisahkan Blink-182, Paramore, dan Fall Out Boy dengan kompatriot seangkatan mereka adalah materi yang mereka rilis. Sebagai band yang jualan utamanya adalah musik, jelas hal pertama yang dinilai adalah musik. Nggak mungkin kan mereka bakal dinilai dari penampilan, kecuali kalo lo boyband yang akhirnya banting stir jadi pemain sinetron. Musik di sini jelas harus musik yang jujur, benar-benar original, dan punya ciri khas. Pernah lo bayangin Paramore nggak mainin musik yang mereka mainin sekarang, tapi mainin musik ala Top 40? Ya mungkin bisa, tapi rasanya suara galak Hayley Williams terlalu sayang cuman buat nyanyiin lagu-lagu bernada aman atau Blink-182 nggak mainin crappy punk rock? Ya mereka bisa sejauh ini karena musik mereka punya ciri khas dan original.
Hal pembeda lain yang masih berhubungan dengan musik adalah konsistensi, ini penting banget. Band buat bisa dikenang dalam waktu yang lama perlu untuk konsisten, tidak hanya dengan materi yang konsisten dalam hal kualitas tapi juga konsisten dalam mengeluarkan rilisan dalam jeda waktu yang tidak begitu lama. Ingat bagaimana band punk rock legendaris the Ramones? Mereka cukup konsisten dalam mengeluarkan rilisan baru, satu album per tahun adalah hal yang biasa buat mereka. Mereka bilang 2 tahun adalah jeda maksimal, tapi tentu ini bukan hal yang harus diperdebatkan. Intinya adalah konsisten dalam mengeluarkan rilisan yang berkualitas dengan jeda waktu yang tepat juga, sehingga nama mereka mempunyai kekuatan brand yang akhirnya membuat orang-orang rela menunggu hingga 5 atau 10 tahun untuk album baru mereka.
Terbentuk di tahun 2006, Forever Came Calling ini bisa dibilang baru benar-benar serius memainkan musik mereka pada tahun 2010an dan sejauh ini udah rilis 2 album, Contender di tahun 2012 dan yang paling baru What Matters Most di tahun 2014. Tampaknya mereka cukup hati-hati dalam merilis materi mereka, bisa dilihat dari debut mereka Contender yang layak buat disebut sebagai big debut dan sophomore mereka What Matters Most yang berjarak 2 tahun dari debut mereka ini bisa dibilang sangat-sangat bagus, seriously ada berapa rilisan yang punya impact sebesar ini? Jadi dengan 2 fondasi awal yang seperti ini, sebenarnya mereka cukup meneruskan saja dengan another killer album dan mereka boleh disebut lolos dalam penilaian konsistensi dan materi.
Hal lain yang membedakan band macam Blink-182 dengan band-band lainnya di masa mereka adalah bagaimana soal memposisikan band mereka. Meski mereka melakukannya secara nggak sengaja, bahkan mungkin mereka tidak paham tentang konsep marketing yang mereka perankan, tetap saja ada sebuah tim marketing di balik sebuah kesuksesan band dan biasanya tim itu berasal dari label mereka (karena itu banyak band berhati-hati dalam memilih label mereka). Blink-182 mungkin tidak akan cepat menjadi fenomena global seperti di masa itu jika saja fashion mereka tidak ditiru remaja-remaja di tahun tersebut, intinya adalah Blink-182 sukses menawarkan sebuah paket entertainment yang tidak hanya didengar tapi juga diikuti oleh fans mereka. Hal serupa juga berlaku untuk Paramore yang dengan cepat langsung diasosiasikan dengan Hayley Williams, itu karena orang memang tertarik dengan pribadi Hayley Williams.
Lalu apa yang dipunyai Forever Came Calling? Apa mereka punya aura superstar macam Hayley Williams? Rasanya belum terlihat. Jadi apa yang mereka tawarkan untuk membuat orang tertarik dengan mereka? Untuk menjawabnya, Forever Came Calling mungkin hanya bisa menunjukkan dengan musik mereka. Mereka hanyalah anak-anak California yang bersenang-senang dengan musim panas dan pop punk. Terlalu dini rasanya untuk menjudge apa yang bisa ‘dijual’ dari mereka selain musik. Untuk sesaat ini, mungkin hal ini memang belum nampak dari mereka.
Untuk sukses dalam sesuatu, lo harus menempatkan hati lo dalam hal yang lo kerjain. Banyak cerita dari band-band yang pada awalnya struggle tapi karena kecintaan mereka di musik, mereka akhirnya sukses membuat sebuah fanbase yang kuat untuk menyokong mereka. Ada perbedaan mendasar antara band yang bermusik karena mereka memang menikmatinya dan band yang bermusik karena mereka ingin kaya. Hal ini dikeluhkan oleh Chad Gilbert (New Found Glory), Chad menganggap bahwa band-band sekarang banyak yang bermusik karena tendensi uang dan ketenaran, karena itulah banyak band sekarang yang tidak memiliki impact sebesar band-band angkatan 2000an awal.
Lalu apa Forever Came Calling punya hal ini? Jika kita melihat lebih jauh ke tahun 2010 lalu, ada sebuah film dokumenter berjudul No Room For Rockstar. Film ini secara garis besar menggambarkan bagaimana perjuangan band-band dengan masa medioker berjuang menembus panggung utama dari industri ini dan bukan kebetulan film dokumenter ini juga menampilkan Forever Came Calling. Di dokumenter tersebut, tergambar bagaimana Forever Came Calling mempertaruhkan segalanya untuk passion mereka, jadi sebenarnya bukan suatu hal yang mengagetkan jika sekarang mereka berdiri sebagai band paling menjanjikan di jajaran pop punk.
Bercerita tentang musik Forever Came Calling, mereka selalu menganggap serius musik mereka. Seperti yang terlihat di album terakhir mereka, mereka tidak menjadikan pop punk sebagai alasan untuk tidak memainkan musik yang serius. Mereka benar-benar menulis lirik, hanya karena pop punk adalah musik yang mereka mainkan tidak membuat mereka hanya menulis sekedarnya. Karakter inilah yang akan kita ingat ketika mengingat nama Forever Came Calling.
Tentu ada banyak hal lain yang mempengaruhi sukses atau tidaknya sebuah band. Entah itu takdir atau karena kejenuhan, tapi Forever Came Calling tengah menulis sejarah mereka sendiri. Dalam jangka waktu 10 tahun dari sekarang siapa yang akan tau akan dimana mereka, mungkin kita bakal ngomong begini, “Wah kenapa nggak ada musik sebagus Forever Came Calling ya?”. Well who really knows anyway?
Photo courtesy of Ethan Hansen
Tinggalkan Balasan