[yasr_overall_rating size=”small”]
Sebelum memasuki bulan Oktober, New Found Glory berada pada situasi pelik yang tidak pernah mereka bayangkan. Gitaris sekaligus songwriter, Steve Klein sudah tidak menjadi bagian dari band yang dia dirikan bersama dengan Jordan, Chad, Ian, dan Cyrus lebih dari 15 tahun yang lalu. Apa yang dapat mereka lakukan tanpa input dari Steve? Dapatkah mereka mempertahankan sound khas mereka yang kemudian banyak ditiru oleh band-band di generasi setelah mereka? But resurrection is their goal dan mereka sukses memproduksi sebuah album yang akan dikenang sesuai dengan namanya.
Tanggal 7 Oktober 2014 adalah tanggal yang mereka pilih sebagai tanggal kembalinya mereka di jajaran scene yang dipenuhi oleh rilisan new wave heroes macam State Champs, Handguns, dan (the next big thing?) Forever Came Calling. Album ini diproduseri oleh Paul Miner dan dirilis oleh label yang juga merilis album dari All Time Low dan Taking Back Sunday, Hopeless Records. Jadi apakah 13 tracks dan 43 menit akan mampu menunjukkan comeback mereka?
Tracklist:
1. Selfless
2. Resurrection
3. The Worst Person
4. Ready and Willing
5. One More Round
6. Vicious Love
7. Persistent
8. Stories of a Different Kind
9. Degenerate
10. Angel
11. Stubborn
12. Living Hell
13. On My Own
Dibuka dengan “Selfless” yang sudah menjadi primadona bagi fans New Found Glory di seluruh dunia sebelum album ini dirilis. Dapat dirasakan bahwa mereka membawa New Found Glory ke dalam sisi yang lebih berat, dengan riff gitar yang mungkin adalah karya terbaik yang pernah Chad Gilbert ciptakan dalam karirnya sebagai seorang gitaris, terdengar kecenderungan untuk membawa lagu ini sedikit menyerempet ranah hardcore. Lagu ini juga menjadi sebuah statement dari Chad Gilbert bahwa New Found Glory tidak membutuhkan gitaris lainnya and he did that just okay.
Tampaknya New Found Glory ingin membuat materi yang dapat dikomunikasikan dengan baik saat mereka live. Terbukti dengan pemilihan komposisi yang mereka lakukan hampir semuanya merupakan crowd driven dengan beatdown yang jelas akan membawa moshpit menjadi arena yang panas. Kredit kepada mereka, hampir setiap lagu dari Resurrection ini mempunyai personality, sebagai contoh lagu “The Worst Person” terdengar dan tergambar bagaimana Jordan Pundik menyanyikan lagu ini dengan sambil berjalan angkuh (tentu bukan hal yang buruk).
Jika kalian merindukan masa kejayaan New Found Glory saat mereka rutin memproduksi lagu-lagu catchy dengan hook yang matang, kalian tetap akan terlayani dengan baik meskipun album ini lebih agresif dan dark, praktis “Ready and Willing”, “One More Round”, dan “Vicious Love” yang ditempatkan secara berurutan akan dengan mudah menempel di benak kalian karena lagu-lagu ini punya nyawa pop namun tetap agresif. “Ready and Willing” adalah salah satu lagu yang akan kalian putar berulang-ulang, lagu ini sangat bright dengan pengaruh dari 2003’s Catalyst.
Rasanya kurang lengkap jika kita tidak membicarakan vokal dari Jordan Pundik di Resurrection. Disadari atau tidak, penuaan seperti tidak berlaku untuk warna suara Jordan Pundik. Suara Jordan Pundik masih sangat identik dengan suaranya 10 tahun yang lalu. Whiny but charismatic, suara Jordan seakan memberi sebuah patokan tentang bagaimana seorang vokalis pop punk seharusnya bernyanyi dan sampai sekarang masih banyak yang mengikutinya. Di album ini, terdengar Jordan Pundik semakin matang, baik saat menyanyikan lagu semi ballad yang rasanya seperti mendengarkan Coming Home, “Angel” maupun saat menyanyikan lagu bertempo ngebut seperti “Stories of a Different Kind”, semuanya dilumat oleh Jordan.
Rasanya tidak perlu lagi kita membicarakan dan mencari celah kelemahan dari segi produksi album ini. Tidak terasa ada yang dipaksakan dan overproduced, pemilihan tone di sound mereka juga sangat matang sehingga memberikan energy yang kuat dan semakin menegaskan influence hardcore di album (ditegaskan juga dengan featuring dengan Scott Vogel (Terror) di lagu “Resurrection”). Lalu jika boleh memilih satu track yang terbaik (yang mana setiap orang punya opini sendiri), “Stubborn” adalah track yang sangat stand out. Lagu mid tempo ini memang bukan lagu paling catchy di Resurrection, tapi lagu yang juga menghadirkan Anthony Ranieri dari Bayside ini punya part gitar yang membius serta solo gitar yang meski tidak lama namun punya identitas.
Resurrection adalah salah satu karya klasik New Found Glory. Mereka membuktikan meski tanpa Steve Klein, mereka tetap mampu menulis lagu yang lalu mengingatkan kita kenapa kita mencintai New Found Glory. Album ini merupakan sebuah personal statement dari Chad Gilbert, hampir semua part di setiap track merupakan hasil sentuhan dari Chad Gilbert, baik dari segi sound maupun chord progression. Sedikit lucu karena sebenarnya usia mereka yang sudah berada di pertengahan 30 tahun tapi mereka tetap menampilkan energy seperti saat mereka merilis Stick and Stones. Singkatnya ini adalah album yang harus kalian dengarkan entah kalian old school fan atau baru mendengarkan New Found Glory kemarin sore.
Go listen: Stubborn, Ready and Willing, Selfless
Tinggalkan Balasan