Kapan terakhir kali kalian merasa sangat antusias saat kalian mendengarkan sebuah music baru dan terus memutarnya selama berulang-ulang? In my case, hal itu terjadi baru-baru ini tepatnya ketika gue dengerin album sophomore dari Forever Came Calling berjudul What Matters Most ini. Itu adalah perasaan yang sama dengan ketika pertama kali gue tersenyum lebar karena menemukan Blink-182 di MTv atau mendengarkan All Time Low untuk pertama kali lewat MySpace dan gue nggak ingin kehilangan momen tersebut.
Ingin melanjutkan sukses album debut mereka yang dirilis pada 2012 lalu Contender, Forever Came Calling yang sekarang bergabung dengan label yang tengah naik daun di scene pop punk, Pure Noise Records merilis What Matters Most yang secara digital sudah ada di seluruh dunia pada 21 Oktober 2014 kemarin. Setelah sangat terkesan dengan “Indebted” yang dirilis pada awal tahun 2014 lalu melalui Youtube, pertanyaan yang gue tanyain cuman satu, what this guy have in store? Apa bisa What Matters Most menyaingi kesuksesan album debut dari State Champs, The Finer Things yang dirilis hampir setahun yang lalu?
Tracklist:
1. August Is Home
2. Mapping With a Sense of Direction
3. Subtances
4. Defenseless
5. Transient (I Don’t Miss)
6. Endangered Innocence
7. Indebted
8. Rather Be Dead Than Cool
9. Spanish Mother’s (I Just Miss)
10. Wish You Well
11. Angels In Your Closet
Image gue tentang sebuah album bagus sebenarnya cukup sederhana, kalian nggak butuh 2x untuk mendengarkan album itu dan lalu menyukainya. Dan bukan sebuah hal yang mengagetkan kalo gue langsung suka di putaran pertama What Matters Most. Berbicara detail mengenai album ini, album ini berisi 11 track, album ini berdurasi 35 menit, dan album ini awesome. Album ini penuh dengan energi dan kreativitas, bahkan gue sempet merinding ketika mendengarkan album ini. It’s plain awesome.
Dibuka dengan track berjudul “August Is Home”, lagu ini langsung mengingatkan kenapa kita mencintai pop punk, because it’s bright, passionate, dan catchy. Sound di album ini terdengar crunchy dan melengkapi dengan sempuran sound bass yang relatif matang dan bulat. Lagu ini disambar langsung tanpa ampun oleh track ke-2 “Mapping With a Sense of Direction” yang merupakan tipikal summer song. Dua lagu ini sebenarnya udah cukup memuaskan gue sebagai pecinta pop punk, jelas sekali mereka menggarap secara serius materi baru mereka.
Mereka seolah nggak peduli berapa kopi yang bakal mereka jual di minggu pertama, mereka nggak peduli musik kayak gimana yang lagi disenengin orang-orang. They’re playing music they believe in and that’s what matters the most. Album ini berisikan track pacey dengan syair yang sangat menyatu dengan musik yang dimainkan. It’s a pop punk classic dan lagu-lagu seperti “Transient”, “Rather Be Dead Than Cool”, serta “Indebted” adalah konfirmasi nyata akan hal tersebut. Salah satu lagu yang gue rasa benar-benar brilian di album ini adalah “Rather Be Dead Than Cool” this is my personal favorite, lagu ini mempunyai semua unsur everlasting pop punk anthem, mulai dari melodi, musik, beat, sampai lirik.
Di saat band-band sealiran lain masih bermain aman dengan sedikit solo gitar, What Matters Most menawarkan killer guitar part di banyak bagian, entah itu saat solo guitar atau sebagai background saja. It’s form of an art. Jelas saja di sini terlihat kemampuan bermain musik mereka memang di atas rata-rata. Mereka adalah band pop punk dan mereka nyaman dalam memainkan musik yang kompleks, jika boleh mengingat kembali kapan terakhir kali ada band pop punk seperti itu?
Satu hal yang tidak boleh dilewatkan setiap kali mendengarkan Forever Came Calling adalah bagian liriknya. Sebagai contoh kecil saja, gue rasa lagu “Indebted” adalah sebuah lagu dengan lirik yang sangat terstruktur, rapi, dan terdengar seperti rima. Sehingga gue yakin bukan gue saja yang bakal ngerasa gatal jika tidak ikut sing along. Permainan lirik seperti itulah yang kemudian menjadikan salah satu alasan kenapa Forever Came Calling berbeda.
Apa yang membuat album ini special adalah semua lagu benar-benar dikerjakan secara serius dan matang. Tidak ada filler songs di sini, tidak ada lagu pelengkap yang hanya dibuat untuk mendukung single andalan, every song is unique. Kalian dapat mendengarkan pacey tracks di lagu “Subtances” atau “Defenseless”, lagu yang terdengar elegan seperti “Indebted”, lagu yang sangat radio friendly “Transient (What I Miss)” sampai lagu akustik yang mungkin segera menjadi favorit kalian “Endangered Innocence”.
What Matters Most adalah salah satu album paling penting dalam beberapa tahun ke belakang. Ini adalah sebuah karya seni yang selama ini telah kita tunggu-tunggu dan kita butuhkan. Album ini merupakan sebuah progress yang luar biasa ditunjukkan oleh Forever Came Calling. Since the album has been released, let’s celebrate to this one.
Go listen: Indebted, Rather Be Dead Than Cool, Transient (I Don’t Miss)
Tinggalkan Balasan