Happiness Is.. Taking Back Sunday. Praktis hal tersebut banyak didengungkan oleh media-media pendukung scene emo ketika kuintet asal Amerika ini merilis studio album ke-6 mereka melalui Hopeless Records beberapa bulan yang lalu. Lima kata itu kemudian membawa saya kembali ke masa 10 tahun yang lalu ketika saya yang saat itu masih polos dan lugu, mencoba mengeja setiap kata dari lagu “This Photograph Is A Proof” yang sering dimainkan oleh mas-mas sebelah rumah. Perasaan campur aduk, gembira karena musiknya keren, sedih karena tidak paham bahasa Inggris sehingga saya hanya bergumam tidak jelas ketika mengikuti vokalis yang ternyata bernama Adam Lazarra itu menyanyikan lagu-lagu Taking Back Sunday.
Gara-gara mendengarkan Taking Back Sunday juga jadi sempet merasa aneh karena jadi lebih sering main bareng mas-mas sebelah rumah ketimbang bareng anak-anak sepantaran yang pada khatam lagu-lagu Peterpan. Saya mendeskripsikan pengalaman mendengarkan Taking Back Sunday sebagai sebuah penemuan akan bagian diri. Sepuluh tahun yang lalu, saya mendeskripsikan musik Taking Back Sunday sebagai sebuah musik rock yang vokalnya teriak-teriak menggunakan suara hidung. Baru setelah beberapa tahun kemudian sadar bahwa penarikan nafas dari Adam Lazzara nyatanya tidak sesimpel itu.
Saya termasuk orang yang mendengarkan album kedua Taking Back Sunday baru kemudian mencari bukti tentang keberadaan album pertama Taking Back Sunday yang ternyata juga sukses membuat saya jatuh cinta. Baru kemudian setelah internet dengan bebas bisa diakses, saya baru tahu bahwa ternyata Adam Lazarra yang sangat saya idolakan itu bukan vokalis asli dari Taking Back Sunday. Mungkin jika memang Adam tidak pernah menggantikan vokalis original yang saya sendiri susah untuk mengingat namanya, saya tidak akan jatuh cinta pada Taking Back Sunday sedemikian dalam. Bisa dibilang, vokal Adam-lah yang menjadi alasan utama suka pada Taking Back Sunday pada pendengaran pertama.
Taking Back Sunday adalah salah satu band yang bisa disebut once in a lifetime menurut saya. Karakter musik mereka terdengar unik dibandingkan dengan band-band penganut paham sama di jaman mereka. Coba bandingkan tanyakan pada orang awam, bandingkan Taking Back Sunday dengan band-band sejenis macam Atreyu, Finch, atau bahkan The Used. Band-band itu bisa dibilang bisa dianggap sebagai sesepuh di scene emo yang sebenernya terdengar identik satu sama lain. Namun Taking Back Sunday seperti berdiri sendiri mengibarkan bendera emo milik mereka sendiri.
Jangan mulai bertanya apa ciri khas dari band ini saat mereka tengah live, lihat gerak-gerik Adam Lazarra, lihat fokus berapa kali dia memutar-mutar microphone-nya. Sungguh, Adam merupakan sosok frontman yang sangat menarik dan berkharisma. Saat dia tengah bernyanyi semua golongan di crowd akan setuju bila Adam seperti sebuah inti atom dari ini semua. American Sweetheart, mungkin itu kata yang pas untuk menyebut Taking Back Sunday. Mereka sukses membuat semua kalangan baik scenester maupun pendengar musik mainstream mencintai mereka. Di masa ini sangat sulit ditemukan band yang dicintai oleh masyarakat luas dan juga tetap berkiblat pada scene mereka, tapi di masa milik TBS, mereka sudah memberi bukti bahwa hal itu bukanlah sebuah hal yang mustahil.
#np Taking Back Sunday – “This Photograph Is A Proof” bareng mas-mas sebelah rumah.
@andromedaTD
Tinggalkan Balasan