[yasr_overall_rating size=”small”]
Begitu kabar bubarnya My Chemical Romance sampai di telinga beberapa bulan yang lalu, satu hal yang langsung terlintas di kepala adalah pasti beberapa dari personel My Chemical Romance akan sibuk dengan project mereka sendiri-sendiri. Dugaan kemudian menjadi kenyataan meskipun prediksi sedikit meleset karena ternyata orang pertama yang muncul dengan project baru bukanlah sang vokalis, Gerard Way. Multi instrumentalis/song writer bernama Frank Iero yang sebelumnya lebih populer sebagai gitaris dan backing vocal bagi My Chemical Romance adalah anggota pertama dari My Chemical Romance yang merilis karya solonya. Sedikit mengagetkan memang, namun perjalanan Frank Iero ini layak dicermati karena terhitung cukup produktif dalam menciptakan karya.
Juni 2014 mungkin adalah permulaan karir yang sebenarnya bagi Frank Iero ketika doi mengumumkan telah bergabung dengan Staples Records dan kemudian pada 25 Agustus 2014 kemarin, Frank Iero merilis albumnya dalam nama frnkiero andthe cellabration yang berjudul Stomachaches. Album ini berdurasi sekitar 38 menit dan berisikan 12 track. Berikut merupakan artwork beserta tracklisting bagi Stomachaches.
Tracklist:
1. All I Want Is Nothing
2. Weighted
3. Blood Infections
4. She’s the Prettiest Girl at the Party, and She Can Prove It with a Solid Right Hook
5. Stitches
6. Joyriding
7. Stage 4 Fear of Trying
8. Tragician
9. Neverenders
10. Smoke Rings
11. Guilt Tripping
12. Where Do We Belong? Anywhere But Here
Sekilas melihat susunan tracklist beserta lama durasi dari tiap lagu, album Stomachaches ini sepertinya memiliki pembagian yang cukup berimbang. Sewaktu memulai album dengan track pertama, “All I Want Is Nothing” terlintas ingatan pada karya My Chemical Romance di tahun-tahun terakhir mereka, terutama dari segi produksi vokalnya. Penasaran dengan judul yang seakan menekankan “I already got everything” saya-pun memberi perhatian lebih di bagian lirik dan ternyata perkiraan saya salah. Tetapi mari kita simpan pembicaraan mengenai lirik di paragraf yang lain.
Stomachaches ini memiliki sound yang cenderung kotor dengan banyak penggunaan reverb. Buat kalian yang mengagungkan sound distorsi renyah/crunchy mungkin akan merasa kurang nyaman dengan album ini. Sebagai mastermind di balik sound megah My Chemical Romance, Frank Iero tampaknya berusaha mengeksplore sound lama dari My Chemical Romance untuk dikombinasikan dengan medium upbeat yang cenderung stabil. Sekilas sound yang dihasilkan jadi menyerupai sound hard rock ala-ala game Guitar Hero. Permainan bassline cantik dengan efek boost yang sangat terasa juga menjadi nilai yang patut diperhatikan dari album ini. Bassline dimainkan dengan ciamik dan memberi kesan lebih berat.
Album ini mungkin memang bukan untuk semua orang, setidaknya itulah kesan yang saya tangkap. Jangan harap kalian bakal dapat mengulangi nostalgia mengenai My Chemical Romance di album ini apalagi jika kalian mengidolai vokal kuat dan tinggi ala screamo. Lebih baik buang jauh-jauh harapan kalian karena produksi vokal di album ini sangat sarat dengan elektronik. Suara Frank Iero seakan difilter oleh sebuah alat bernama megaphone sebelum diproses lagi dalam sebuah proses mastering. Tetapi bisa dibilang, vokal macam inilah yang memang pas untuk lagu-lagu di album Stomachaches.
Penggunaan efek pada vokal yang dominan membuat saya harus bekerja lebih keras dalam menghayati lirik yang coba disampaikan oleh Frank Iero. Setelah beberapa kali mencoba dan akhirnya menyerah, lalu memilih untuk googling saja, saya menemukan bahwa Frank Iero seakan ingin meneriakkan segala macam kegundahan yang ada di dalam dirinya melalui lagu. Sebagian besar dari lirik yang Frank Iero tulis terkesan self-centered dengan gaya penulisan orang pertama. Frank Iero sesekali menunjukkan sikap kelamnya seperti “I hate my weakness, they made me who I am” dalam “Joyriding” namun kemudian dia bernyanyi bahwa “I was once lost, but I swear I’m fine.” dalam “Stitches”. Hal tersebut membuat saya kemudian membayangkan Frank Iero sedang di sebuah basement sambil mematahkan ujung pensil saat menulis lirik-lirik tersebut. I felt the emotion.
Meski bukan sebuah album yang merupakan personal favorite dari segi style dan sound, album ini jauh dari kesan membosankan. Frank Iero mampu mengemas lagu ini dengan susunan tracklisting yang cukup cerdas. Misalnya dengan menempatkan sebuah lagu dengan sound yang lebih kalem untuk telinga kita beristirahat sebelum meneruskan kembali dengan lagu yang lebih berat. Pembagian setengah bagian awal dan setengah bagian akhir juga dirasa cukup pas sehingga kita tidak terlalu kelelahan dalam mengikuti alur album ini. Overall this album doesn’t disappoint dan mungkin memang inilah sisi personal dari Frank Iero yang kita semua tidak pernah tahu.
Go listen: Joyriding, Tragician, Weighted
Tinggalkan Balasan