No summary available.
Beberapa lagu Indonesia menangkap esensi protes seperti “Bongkar”, anthem berani dan tanpa rasa takut dari Swami. Dirilis pada tahun 1989, lagu ini menjadi seruan untuk keadilan sosial, berbicara langsung kepada frustrasi rakyat. Dengan kombinasi energi rock dan lirik puitis, “Bongkar” tetap menjadi pernyataan kuat melawan penindasan dan korupsi.
Secara musikal, “Bongkar” menggabungkan pengaruh rock dan folk, menciptakan suara yang mentah dan bersifat anthemik. Riff gitar listrik yang kasar, drum yang menghentak, dan energi pemberontakan mendorong lagu ini maju, mencerminkan urgensi pesan yang dibawanya. Refrain yang mirip dengan seruan “Oh-oh-ya oh ya-oh ya, bongkar!” menambah nuansa ajakan untuk bertindak, membuatnya sempurna untuk dinyanyikan bersama massa. Vokal Iwan Fals yang mentah dan ekspresif memberikan kedalaman, membuat setiap kata bergema dengan intensitas emosional.
Lirik “Bongkar” menggambarkan gambaran ketidakadilan yang meluas dan kekecewaan. Lirik pembuka “Kalau cinta sudah dibuang, jangan harap keadilan akan datang” memberikan nada kritik terhadap korupsi dan dekadensi moral.
Lagu ini tidak hanya mengeluh—tetapi menyerukan untuk bertindak. “Ternyata kita harus ke jalan, robohkan setan yang berdiri mengangkang” secara langsung mendorong protes dan revolusi. Refrainnya menekankan amarah rakyat terhadap penindasan dan keserakahan, menuntut akhir dari ketidakpastian dan eksploitasi.
Momen kuat lainnya adalah lirik “Di jalanan kami sandarkan cita-cita, sebab di rumah tak ada lagi yang bisa dipercaya” (Di jalanan, kami sandarkan cita-cita, sebab di rumah tak ada lagi yang bisa dipercaya). Lirik ini berbicara tentang frustrasi kaum muda dan pencarian mereka akan harapan di luar institusi yang rusak.
Pada akhir 1980-an, Indonesia berada di bawah rezim Orde Baru Suharto, di mana sensor sangat ketat dan kritik terhadap pemerintah sangat berisiko. Meskipun demikian, “Bongkar” menjadi simbol perlawanan dan tantangan, sering dikaitkan dengan protes mahasiswa dan gerakan sosial.
Warisan lagu ini terus berlanjut hingga hari ini, karena lagu ini sering diputar di demonstrasi dan rapat politik. Isu-isu yang dibahas—korupsi, ketidaksetaraan, dan perjuangan untuk keadilan—masih relevan, menjadikan “Bongkar” salah satu anthem protes Indonesia yang paling bertahan lama.
Lebih dari tiga dekade setelah dirilis, “Bongkar” tetap menjadi suara kuat bagi mereka yang menuntut perubahan. Dengan energi mentah, chorus yang tak terlupakan, dan lirik yang tanpa rasa takut, lagu ini bukan hanya sebuah lagu tetapi seruan untuk bertindak. Baik diputar di jalanan, di konser, atau melalui pengeras suara di rapat, “Bongkar” terus menginspirasi generasi untuk bangkit dan berjuang demi keadilan.
Bagi yang ingin mendengarkan lagu ini, lagu ini tersedia di Youtube.
[Verse 1]
Kalau cinta sudah dibuang
Jangan harap keadilan akan datang
Kesedihan hanya tontonan
Bagi mereka yang diperkuda jabatan
[Refrain]
Oh-oh-ya oh ya-oh ya, bongkar
Oh-oh-ya oh ya-oh ya, bongkar
[Verse 2]
Sabar sabar sabar dan tunggu
Itu jawaban yang kami terima
Ternyata kita harus ke jalan
Robohkan setan yang berdiri mengangkang
[Refrain]
Oh-oh-ya oh ya-oh ya, bongkar
Oh-oh-ya oh ya-oh ya, bongkar
Oh-oh-ya oh ya-oh ya, bongkar
Oh-oh-ya oh ya-oh ya, bongkar
[Chorus 1]
Penindasan serta kesewenang-wenangan
Banyak lagi t’ramat banyak untuk disebutkan
Hoi! hentikan
Hentikan jangan diteruskan
Kami muak dengan ketidakpastian
Dan keserakahan
[Chorus 2]
Di jalanan kami sandarkan cita cita
Sebab di rumah tak ada lagi yang bisa dipercaya
Orang tua pandanglah kami s’bagai manusia
Kami bertanya tolong kau jawab dengan cinta
Oh! oh!
[Refrain]
Oh-oh-ya oh ya-oh ya, bongkar
Oh-oh-ya oh ya-oh ya, bongkar
Oh-oh-ya oh ya-oh ya, bongkar
Oh-oh-ya oh ya-oh ya, bongkar
[Chorus 1]
Penindasan serta kesewenang-wenangan
Banyak lagi t’ramat banyak untuk disebutkan
Hoi! hentikan
Hentikan jangan diteruskan
Kami muak dengan ketidakpastian
Dan keserakahan
[Refrain]
Oh-oh-ya oh ya-oh ya, bongkar
Oh-oh-ya oh ya-oh ya, bongkar
Oh-oh-ya oh ya-oh ya, bongkar
Oh-oh-ya oh ya-oh ya, bongkar
[Chorus 2]
Di jalanan kami sandarkan cita cita
Sebab di rumah tak ada lagi yang bisa dipercaya
Orang tua pandanglah kami s’bagai manusia
Kami bertanya tolong kau jawab dengan cinta
[Refrain]
Oh-oh-ya oh ya-oh ya, bongkar
Oh-oh-ya oh ya-oh ya, bongkar
Oh-oh-ya oh ya-oh ya, bongkar
Oh-oh-ya oh ya-oh ya, bongkar
(Kok bisa?)
(Bisa kok!)
All rights reserved
Tinggalkan Balasan